Fakta-fakta tentang Persenjataan Nuklir Rusia, yang Terbesar di Dunia
Editor
Ida Rosdalina
Jumat, 27 September 2024 15:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Vladimir Putin memperingatkan Barat pada Rabu, 25 September 2024, bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika diserang dengan rudal konvensional, dan bahwa Moskow akan menganggap serangan apa pun yang didukung oleh kekuatan nuklir sebagai serangan bersama.
Keputusan untuk mengubah doktrin nuklir resmi Rusia merupakan jawaban Kremlin atas pertimbangan di Amerika Serikat dan Inggris mengenai apakah akan memberikan izin kepada Ukraina untuk menembakkan rudal konvensional Barat ke Rusia atau tidak.
Berikut adalah fakta-fakta penting tentang persenjataan nuklir Rusia:
Berapa banyak senjata nuklir yang dimiliki Rusia?
Rusia, yang mewarisi senjata nuklir Uni Soviet, memiliki hulu ledak nuklir terbesar di dunia. Putin menguasai sekitar 5.580 hulu ledak nuklir, menurut Federasi Ilmuwan Amerika (FAS).
Dari jumlah tersebut, sekitar 1.200 di antaranya sudah pensiun tetapi sebagian besar masih utuh dan sekitar 4.380 ditimbun untuk pasukan operasional, menurut FAS.
Dari hulu ledak yang ditimbun, 1.710 hulu ledak strategis dikerahkan: sekitar 870 pada rudal balistik berbasis darat, sekitar 640 pada rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam, dan mungkin 200 di pangkalan pengebom berat, demikian ungkap FAS.
Jumlah tersebut berarti bahwa Rusia dapat menghancurkan dunia berkali-kali lipat. Begitu juga dengan Amerika Serikat, mengingat persediaan hulu ledak nuklirnya.
Selama Perang Dingin, Uni Soviet memiliki sekitar 40.000 hulu ledak nuklir, sedangkan AS memiliki sekitar 30.000 hulu ledak nuklir.
Dalam situasi apa hulu ledak nuklir akan digunakan?
Doktrin nuklir Rusia yang diterbitkan pada 2020 menetapkan kondisi di mana seorang presiden Rusia akan mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir: secara luas sebagai respons terhadap serangan menggunakan nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya, atau terhadap penggunaan senjata konvensional terhadap Rusia "ketika eksistensi negara berada di bawah ancaman".
Putin memberikan rincian perubahan doktrin nuklir pada 26 September.
Inovasi yang diuraikan oleh Putin mencakup perluasan ancaman di mana Rusia akan mempertimbangkan serangan nuklir, dimasukkannya sekutu Belarus di bawah payung nuklir dan gagasan bahwa kekuatan nuklir saingan yang mendukung serangan konvensional terhadap Rusia juga akan dianggap menyerang Rusia.
Doktrin baru ini belum diterbitkan dan tidak jelas apakah akan diterbitkan.
Akankah Rusia mendapatkan lebih banyak nuklir?
Amerika Serikat mengatakan dalam Tinjauan Postur Nuklir 2022 bahwa Rusia dan Cina sedang memperluas dan memodernisasi kekuatan nuklir mereka, dan bahwa Washington akan mengejar pendekatan yang didasarkan pada pengendalian senjata untuk mencegah perlombaan senjata yang mahal.
"Akan tetapi, di masa depan, jumlah hulu ledak yang ditugaskan untuk pasukan strategis Rusia dapat meningkat karena rudal berhulu ledak tunggal digantikan dengan rudal yang dilengkapi dengan banyak hulu ledak," kata FAS.
Masih belum jelas apa dampak sanksi Barat terhadap pengembangan nuklir Rusia.