Kekerasan dan Akses Kemanusiaan Ditutup, Dokter Lintas Batas Hentikan Sementara Kegiatan Medis di Rakhine Myanmar

Reporter

Tempo.co

Jumat, 28 Juni 2024 20:30 WIB

Tentara Uni Nasional Karen (KNU) berjaga-jaga saat peringatan 70 tahun Hari Revolusi Nasional Karen di Kaw Thoo Lei, negara bagian Kayin, Myanmar, 31 Januari 2019. Warga memperingati 70 tahun merdekanya konflik Karen. REUTERS/Ann Wang

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Lintas Batas (MSF) menghentikan kegiatan medisnya di Rakhine negara bagian utara Myanmar. Staf Dokter Lintas Batas atau Doctors Without Borders bertugas mendistribusikan obat-obatan kepada pasien lewat klinik keliling yang beroperasi di wilayah itu.

Di negara bagian Rakhine, kembalinya konflik pada November 2023 menghentikan klinik keliling reguler Dokter Lintas Barat, yang merawat 1.500 pasien setiap minggunya. Penutupan rute jalan dan pembatasan perjalanan karena konflik, telah membuat tim Dokter Lintas Batas tidak mungkin menerbitkan surat rujukan untuk pasien yang sakit kritis.

Dokter Lintas Batas dalam keterangan tertulis pada 27 Juni 2024, menjelaskan naiknya konflik secara ekstrem, kekerasan tanpa pandang bulu, dan pembatasan yang sangat ketat terhadap akses kemanusiaan di bagian utara Rakhine, Myanmar, telah memaksa Dokter Lintas Batas menghentikan kegiatan kemanusiaan medisnya di kota-kota Rathedaung, Buthidaung dan Maungdaw. Dokter Lintas Batas saat ini menjalankan 14 klinik keliling di Rakhine utara yang menyediakan layanan medis penting bagi semua komunitas, termasuk Rakhine, Rohingya, dan kelompok minoritas lainnya yang seringkali tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan.

"Kami sangat prihatin terhadap masyarakat yang terkena dampak parah konflik. Mereka terus menanggung dan tetap terpapar pada penghancuran nyawa dan harta benda yang disengaja, perekrutan paksa, pemindahan, dan terbatasnya akses kemanusiaan tanpa adanya pilihan untuk mencari keselamatan akibat bentrokan dan permusuhan yang terus berlanjut," demikian keterangan Dokter Lintas Batas.

Penghentian kegiatan tanpa batas waktu ini, akan membuat warga etnis Rohingya tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan di tengah kebutuhan yang sangat besar. Seorang warga Rohingya yang terpaksa mengungsi dari bentrokan di Buthidaung mengatakan “Merupakan sebuah kehormatan jika sebuah bom membunuh kami semua (etnis Rohingya), sehingga kami tidak perlu menderita lagi. Mati bersama lebih baik daripada menjalani penderitaan ini.”

Advertising
Advertising

Pembatasan akses kemanusiaan sejak November 2023, telah membuat tim Dokter Lintas Batas tidak dapat menjalankan layanan kesehatan reguler di wilayah yang lebih luas, baik di Rakhine tengah maupun utara. Tim Dokter Lintas Batas menghadapi pembatasan yang parah terhadap akses kemanusiaan seperti kesulitan dalam memberikan layanan kepada pasien dan memfasilitasi rujukan ke rumah sakit di kotapraja, ketidakmampuan untuk memindahkan pasokan medis dan dasar, dan menjadi saksi kehancuran total sistem layanan kesehatan.

Semua komunitas tidak memiliki layanan kesehatan primer dan sekunder yang layak dan tim di Dokter Lintas Batas mengamati ibu hamil dan bayi yang belum lahir kehilangan nyawa karena kurangnya layanan kesehatan. Dokter Lintas Batas mencatat ada sembilan kematian ibu atau bayi lahir mati antara November 2023 hingga Maret 2024.

Pada 15 April 2024, kantor dan apotek Dokter Lintas Batas di Buthidaung dibakar, di kawasan di mana fasilitas kesehatan swasta dan pemerintah sudah tidak berfungsi. Dokter Lintas Batas pun menyerukan dibuka akses untuk menjangkau kelompok yang paling rentan meskipun saat ini tim Dokter Lintas Batas tidak mampu memberikan perawatan di wilayah tersebut.

Dokter Lintas Batas tetap berkomitmen memberikan dukungan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan bagi pasien dan masyarakat di Rakhine utara. Dokter Lintas Batas pun akan terus mempertahankan kehadirannya di Rakhine utara demi bisa segara melanjutkan aktivitas setelah kondisi membaik. LSM itu pun menyerukan kepada semua pihak yang berkonflik untuk memastikan akses kemanusiaan di Rakhine dan menghormati status perlindungan fasilitas dan staf layanan kesehatan.Akses terhadap layanan kesehatan bagi masyarakat yang paling rentan harus segera dipulihkan untuk mencegah hilangnya nyawa dan penderitaan yang tidak masuk akal.

Pilihan editor: Luka Psikologis Mendorong Anak-anak di Gaza Ingin Bunuh Diri

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Keluarga Korban Perbudakan di Myanmar Kirim Surat ke Jokowi, Minta Segera Ada Pembebasan dan Evakuasi

2 hari lalu

Keluarga Korban Perbudakan di Myanmar Kirim Surat ke Jokowi, Minta Segera Ada Pembebasan dan Evakuasi

Keluarga korban perbudakan di Myanmar mengirim surat desakan ke Jokowi untuk segera dilakukan pembebasan dan evakuasi.

Baca Selengkapnya

Staf Dokter Lintas Batas Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

5 hari lalu

Staf Dokter Lintas Batas Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

Dokter Lintas Batas mengecam pembunuhan stafnya oleh IDF yang sedang bertugas mengobati korban-korban perang

Baca Selengkapnya

Bangladesh Peringatkan Myanmar untuk Hentikan Baku Tembak Lintas Batas

11 hari lalu

Bangladesh Peringatkan Myanmar untuk Hentikan Baku Tembak Lintas Batas

Bangladesh memperingatkan akan melancarkan tembakan balasan, jika baku tembak dari Myanmar yang melintasi perbatasan Sungai Naf, terus berlangsung.

Baca Selengkapnya

Myanmar Tangkap 22 Orang karena Peringati Ulang Tahun Suu Kyi

13 hari lalu

Myanmar Tangkap 22 Orang karena Peringati Ulang Tahun Suu Kyi

Suu Kyi, yang berusia 79 tahun pada Rabu, telah ditahan oleh militer Myanmar sejak menggulingkan pemerintahannya dan merebut kekuasaan pada 2021.

Baca Selengkapnya

Komisioner HAM PBB: Rohingya Tak Punya Tempat untuk Melarikan Diri

13 hari lalu

Komisioner HAM PBB: Rohingya Tak Punya Tempat untuk Melarikan Diri

Komisioner tinggi HAM PBB menyatakan keprihatinan terhadap situasi yang dihadapi etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Baca Selengkapnya

Ribuan Rohingya Dikhawatirkan Terjebak dalam Pertempuran Myanmar Barat

15 hari lalu

Ribuan Rohingya Dikhawatirkan Terjebak dalam Pertempuran Myanmar Barat

Sekitar 70.000 orang Rohingya yang saat ini berada di Maungdaw terjebak karena pertempuran semakin dekat, mereka tidak bisa punya tujuan untuk lari.

Baca Selengkapnya

Capaian dan Evaluasi 1 Dekade Reforma Agraria, Menteri AHY Bicara Tumpang-Tindih Regulasi hingga Penyelesaian Konflik

15 hari lalu

Capaian dan Evaluasi 1 Dekade Reforma Agraria, Menteri AHY Bicara Tumpang-Tindih Regulasi hingga Penyelesaian Konflik

AHY mengatakan reforma agraria yang dijalankan melalui penataan aset tanah telah melampaui target dalam RPJMN 2014-2024.

Baca Selengkapnya

Dewan Eropa Kecam Standar Ganda dalam Konflik Ukraina dan Timur Tengah

16 hari lalu

Dewan Eropa Kecam Standar Ganda dalam Konflik Ukraina dan Timur Tengah

Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan standar ganda tidak dapat diterima sehubungan dengan konflik di Ukraina dan Timur Tengah

Baca Selengkapnya

Hampir 1.000 Pengungi Rohingya Ditahan di Bangladesh Sejak 2017

19 hari lalu

Hampir 1.000 Pengungi Rohingya Ditahan di Bangladesh Sejak 2017

Sebanyak 994 pengungsi Rohingya di Bangladesh telah dipenjara sejak 2017

Baca Selengkapnya

PBB: Hampir 40 Persen Anak-anak Tewas dalam Konflik pada 2023 Berasal dari Gaza

19 hari lalu

PBB: Hampir 40 Persen Anak-anak Tewas dalam Konflik pada 2023 Berasal dari Gaza

Anak-anak di Gaza menyumbang hampir 40 persen anak yang tewas dalam konflik global tahun lalu, menurut laporan PBB

Baca Selengkapnya