Siapakah pemimpin Hizbullah, Talib Sami Abdallah, yang Dibunuh Israel?
Editor
Ida Rosdalina
Kamis, 13 Juni 2024 16:56 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hizbullah mengumumkan, Rabu, 12 Juni 2024, bahwa pendudukan Israel membunuh salah satu pemimpin kelompok tersebut pada Selasa malam dalam sebuah serangan udara yang ditargetkan pada sebuah bangunan di kota selatan Jwaya.
Hizbullah di Lebanon mengidentifikasi pemimpin tersebut sebagai Talib Samir Abdallah (Abu Thalib), yang gugur syahid di jalan menuju al Quds ketika menjalankan tugas perlawanan.
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu, Hizbullah mengungkapkan bagian dari sejarah dan aktivisme pemimpin yang syahid tersebut.
Abu Talib lahir di kota Adchit di Lebanon selatan pada 20 Maret 1969. Dia bergabung dengan barisan Perlawanan Islam pada 1984 dan termasuk di antara para pejuang yang membela Muslim di Bosnia antara tahun 1992 dan 1994.
Sebagai seorang pejuang dan komandan Perlawanan veteran, Abu Talib adalah pemimpin utama dalam perlawanan terhadap pendudukan Israel di Lebanon Selatan, berpartisipasi dalam operasi-operasi penting hingga pembebasan pada Mei 2000.
Selama perang Israel di Lebanon pada Juli 2006, Abu Talib memimpin konfrontasi melawan tentara pendudukan Israel di medan-medan perang Maroun al-Ras, Bint Jbeil, dan Lapangan Pembebasan, titik persimpangan antara Maroun al-Ras, Bint Jbeil, Ainata, dan Aitaroun.
Setelah perang di Suriah dimulai, Abu Talib adalah salah satu komandan Perlawanan yang membela Lebanon melawan organisasi teroris di sepanjang perbatasan Lebanon-Suriah.
Selama Operasi Banjir Al Aqsa, Abu Talib memimpin operasi militer melawan posisi, instalasi, dan lokasi penempatan Israel di bagian timur perbatasan Lebanon-Palestina, hingga mencapai Golan Suriah yang diduduki.
Sepanjang perjalanan perlawanannya, ia menerima banyak pujian dari Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, atas jasanya yang luar biasa.
<!--more-->
“Menangis dan Meratap”
Sebelumnya hari ini, ribuan orang berkumpul di pinggiran selatan Beirut untuk mengenang pemimpin Hizbullah yang syahid, Abu Thalib.
Dalam pidatonya selama prosesi tersebut, Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, Hashem Safieddine, menekankan bahwa entitas penjajah itu tidak belajar dari pengalaman masa lalu dalam pertempuran melawan Hizbullah.
"Israel bertahan dalam kebodohannya ... percaya bahwa membunuh para pemimpin [Perlawanan] akan melemahkannya," katanya, seraya menunjukkan bahwa pengalaman menunjukkan bahwa Perlawanan hanya tumbuh lebih kuat dan menjadi lebih teguh setelah para pemimpinnya mati syahid.
Safieddine menekankan bahwa "Israel harus memahami" bahwa respons Hizbullah yang tak terelakkan adalah meningkatkan operasi untuk mendukung Gaza, "baik dalam jenis maupun kuantitas."
Dalam sebuah ancaman eksplisit terhadap pendudukan, ia mengatakan, "Jika [warga Israel] sekarang merintih dan merintih karena apa yang telah menimpa mereka di wilayah utara Palestina yang diduduki, maka mereka harus mempersiapkan diri untuk menangis dan meratap," mengacu pada dampak operasi Hizbullah.
Safieddine juga mengenang sejarah dan prestasi terhormat dari martir Abu Taleb.
Dia adalah "salah satu pahlawan perang Juli 2006, dan wajar jika dia selalu menjadi target" penjajah, kata Safieddine.
Pemimpin yang syahid itu "tidak meninggalkan medan perang dan peperangan, dia terlahir sebagai seorang pemberani, tumbuh sebagai seorang ksatria, bertempur sebagai seorang pejuang yang gigih, dan bergabung dengan orang-orang yang dicintainya yang telah mati syahid" pada akhirnya.
AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Hizbullah Tembakkan 250 Roket ke Israel untuk Balas Dendam Tewasnya Komandan