Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Minggu, 31 Maret 2024 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia kemarin diawali dari pertandingan ulang antara Joe Biden dan Donald Trump di Pilpres Amerika Serikat. Keduanya kembali bersaing dan saling menjelek-jelekan di depan publik.
Berita selanjutnya adalah Presiden AS Joe Biden yang memahami kekecewaan warga Ameria keturunan Arab dalam perang Israel Hamas. Berikut berita selengkapnya:
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November. Saat acara makan malam tahunan bersama media di Gedung Putih pada Sabtu 16 Maret 2024. Biden menggambarkan Trump sebagai seseorang yang tidak stabil secara mental dan menyebutnya dengan istilah yang merendahkan.
"Seorang calon memiliki usia yang terlalu lanjut dan kondisi mental yang tidak prima untuk menjabat sebagai presiden," kata Biden di Gridiron Club, Washington, AS, mengutip AP News.
Biden kemudian mengolok-olok Donald Trump dengan menyatakan bahwa kampanye pemilihan Partai Demokrat akan menunjukkan bagaimana mereka merestorasi ekonomi AS pasca pandemi Covid-19 tanpa menyarankan kepada masyarakat untuk menggunakan pemutih sebagai obat.
Itu merujuk pada insiden ketika Trump, saat masih menjabat sebagai Presiden AS, bertanya apakah disinfektan bisa disuntikkan ke tubuh manusia untuk menyembuhkan Covid-19.
"Saya berharap itu hanyalah lelucon, tetapi sayangnya tidak," ujar Biden.
Selama acara tersebut, Biden juga mengomentari ancaman terhadap demokrasi di seluruh dunia dan mengejek Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang terus melancarkan invasi ke Ukraina.
Simak di sini selengkapnya.
<!--more-->
2. Joe Biden Pahami Sakit Hati Warga Keturunan Arab karena Amerika Serikat Dukung Israel
Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Jumat, 29 Maret 2024, mengungkap pihaknya menyadari sakit hati yang dirasakan oleh banyak warga Amerika Serikat keturunan Arab karena Washington memilih mendukung Israel dan serangan militernya. Keputusan Washington ini membuat umat Muslim di Amerika Serikat, para aktivis anti-perang dan warga Amerika Serikat keturunan Arab, marah serta kecewa.
Banyak umat Muslim dan keturunan Arab di Amerika Serikat mendesak Biden agar menyerukan gencatan senjata permanen. Mereka juga meminta Washington berhenti menjual senjata ke Israel dan mengambil langkah-langkah untuk lebih luas melindungi nyawa warga sipil karena saat ini sudah terjadi krisis kemanusiaan di Gaza.
"Kita juga harus berhenti sejenak merenungkan penderitaan yang dirasakan oleh banyak komunitas Arab-Amerika terhadap perang Gaza," kata Biden, yang juga mengklaim ikut hancur atas penderitaan warga Gaza.
Beberapa jam sebelulm Biden menyampaikan pernyataan itu, Washington Post mewartakan Pemerintah Amerika Serikat beberapa hari lalu telah menanda-tangani jual-beli bom dan sejumlah jet tempur ke Israel bernilai miliaran dolar. Israel telah menjadi negara yang paling banyak menerima bantuan luar negeri dari Amerika Serikat. Negeri Abang Sam itu, berulang kali menjatuhkan veto untuk gencatan senjata di Gaza sebelum akhirnya memilih abstain pada akhir Maret 2024 lalu.
Baca di sini selengkapnya.
<!--more-->
3. Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump telah secara resmi memasuki arena politik untuk merebut kembali kekuasaan pada pemilihan presiden yang akan berlangsung pada November 2024.
Dalam hasil pemilihan pendahuluan di beberapa negara bagian, Joe Biden berhasil mengumpulkan suara yang mencukupi untuk meraih status resmi sebagai calon presiden dari Partai Demokrat. Biden membutuhkan setidaknya 1.968 delegasi untuk memenangkan nominasi tersebut.
Pada Selasa malam, 12 Maret 2024, Presiden yang berusia 81 tahun ini akhirnya mencapai angka tersebut ketika hasil perhitungan suara dari Georgia diumumkan. Selain itu, hasil yang memuaskan juga diperoleh dari Mississippi.
Sementara itu, beberapa jam setelahnya, Donald Trump dilaporkan berhasil meraih 1.215 delegasi. Jumlah ini memenuhi syarat bagi Trump untuk mendapatkan posisinya sebagai kandidat dari Partai Republik.
"Para pemilih kini memiliki kesempatan untuk mempengaruhi arah masa depan negara kita. Apakah kita akan bersikap tegas dalam mempertahankan demokrasi atau membiarkan pihak lain menggoyangnya? Apakah kita akan mengembalikan hak kita untuk memilih dan menjaga kebebasan, atau membiarkan ekstremis merebutnya dari kita?" kata Biden.
Baca di sini selengkapnya.