Orang Kaya Cina Tak Mampu Menikah karena Perekonomian Melambat

Reporter

Editor

Ida Rosdalina

Selasa, 16 Januari 2024 20:53 WIB

Orang-orang menghadiri pesta topeng di Shanghai, Cina 13 Januari 2024. REUTERS/Nicoco Chan

TEMPO.CO, Jakarta - Victor Li bertekad untuk segera menikah, namun seperti banyak anak muda Cina lainnya yang bergulat dengan prospek ekonomi yang tidak menentu, pengusaha kaya asal Shanghai ini tidak yakin mampu melakukannya.

“Sangat mahal bagi kami untuk menikah, terutama di kota besar seperti Shanghai,” kata pria berusia 32 tahun itu, saat ia beristirahat dari acara networking untuk para lajang lulusan universitas terkemuka dan kaya di sebuah bar jazz Shanghai kelas atas.

“Dari segi kemampuan finansial, sebenarnya memberikan banyak tekanan pada anak muda, termasuk saya.”

Ketika perekonomian terbesar kedua di dunia ini melambat, semakin banyak orang yang memilih untuk tetap melajang karena prospek pekerjaan yang buruk di tengah tingginya tingkat pengangguran di kalangan muda dan rendahnya kepercayaan konsumen, yang menyebabkan rekor penurunan pencatatan pernikahan pada 2022.

Keengganan untuk menikah ini mengkhawatirkan para pembuat kebijakan yang sedang bergulat dengan penurunan angka kelahiran dan cepatnya penuaan populasi di negara yang dulunya merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, dan di mana angka pernikahan sangat erat kaitannya dengan angka kelahiran karena para ibu yang belum menikah sering kali tidak diperbolehkan untuk memperoleh tunjangan-tunjangan membesarkan anak.

Advertising
Advertising

Tingkat kesuburan Cina saat ini merupakan salah satu yang terendah di dunia, dan data resmi pada Rabu, 17 Januari 2024, diperkirakan menunjukkan penurunan populasi selama dua tahun berturut-turut, sehingga menambah kekhawatiran mengenai penurunan demografi.

Tahun lalu, Presiden Xi Jinping mengatakan perlunya “secara aktif menumbuhkan budaya baru pernikahan dan mengasuh anak” untuk mendorong pembangunan nasional. Pemerintah daerah juga telah mengumumkan berbagai langkah untuk mendorong keluarga baru, termasuk pengurangan pajak dan subsidi perumahan, serta 'hadiah' tunai untuk pernikahan jika pengantin wanita berusia 25 tahun atau lebih muda.

Julia Meng, yang perusahaannya "Julia's Events" menyelenggarakan acara lajang di Shanghai, mengatakan semakin banyak orang berusia 35 tahun ke atas yang secara efektif "menyerah" pada pernikahan.

Generasi muda Cina, seperti peserta acara Jack Jiang, mengatakan mereka ingin menikah, namun harga rumah yang tinggi, prospek pekerjaan yang tidak menentu, dan situasi ekonomi secara umum tidak membantu.

“Bukannya kami ingin melajang, tapi struktur perkotaan, situasi ekonomi yang menyebabkan hal ini,” kata pengusaha berusia 32 tahun itu.

REUTERS

Pilihan Editor: Wapres Yaman: Koalisi Laut Merah AS Lemah karena Kekuatan Regional Abstain

Berita terkait

Warga Cina Diduga Menambang Emas Secara Ilegal, Ini Modusnya

2 jam lalu

Warga Cina Diduga Menambang Emas Secara Ilegal, Ini Modusnya

Seorang warga Cina berinisial YH diduga menambang bijih emas secara ilegal dan memproduksi emas batangan di bawah tanah di Kabupaten Ketapang

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Perdagangan Indonesia-Israel hingga Dubes Israel Robek Piagam PBB

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Perdagangan Indonesia-Israel hingga Dubes Israel Robek Piagam PBB

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 11 Mei 2024 diawali oleh tanggapan Dubes Palestina Zuhair Al-Shun soal perdagangan antara Indonesia-Israel

Baca Selengkapnya

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

1 hari lalu

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Dubes Cina untuk PBB Fu Cong mendesak Amerika Serikat untuk tidak menghalangi proses keanggotaan penuh Palestina di PBB yang didukung Majelis Umum

Baca Selengkapnya

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

2 hari lalu

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan keuntungan nilai tambah hilirisasi nikel di Indonesia selama ini lebih banyak tersalur ke Cina.

Baca Selengkapnya

Laut Cina Selatan: Ketegangan antara Cina dan Filipina memanas?

2 hari lalu

Laut Cina Selatan: Ketegangan antara Cina dan Filipina memanas?

Perseteruan Cina dan Filipina memperebutkan dua fitur di Laut Cina Selatan kian sengit.

Baca Selengkapnya

Sengketa Laut Cina Selatan, Penasehat Keamanan Filipina Sarankan Usir Diplomat Cina

2 hari lalu

Sengketa Laut Cina Selatan, Penasehat Keamanan Filipina Sarankan Usir Diplomat Cina

Diplomat Cina disarankan angkat kaki dari Manila yang menggambarkan naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

4 hari lalu

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

4 hari lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

4 hari lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

4 hari lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya