Jumlah Korban Meningkat, Israel Ditekan Dunia untuk Hentikan Serangan ke Gaza
Reporter
Tempo.co
Editor
Ida Rosdalina
Sabtu, 11 November 2023 16:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Israel menghadapi tekanan internasional yang meningkat, termasuk dari sekutu utamanya Amerika Serikat, untuk berbuat lebih banyak guna melindungi warga sipil Palestina di Gaza ketika jumlah korban tewas meningkat dan pertempuran kian gencar di dekat rumah sakit.
Jumlah warga Palestina yang tewas dalam pengeboman di daerah kantong pantai dalam lima minggu terakhir meningkat di atas 11.000 orang, menurut pejabat kesehatan Gaza, ketika pasukan Israel mengobarkan perang terhadap militan Hamas yang melakukan serangan mematikan pada 7 Oktober di Israel selatan.
Dalam komentarnya yang paling keras hingga saat ini mengenai penderitaan warga sipil yang terjebak dalam baku tembak, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada wartawan saat berkunjung ke India pada Jumat: "Terlalu banyak warga Palestina yang terbunuh; terlalu banyak yang menderita dalam minggu-minggu ini."
Namun Blinken menegaskan kembali dukungan AS terhadap operasi militer Israel untuk memastikan bahwa Gaza tidak lagi dapat digunakan “sebagai platform untuk meluncurkan terorisme”.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam wawancara dengan BBC yang diterbitkan Jumat malam, mengatakan Israel harus menghentikan pengeboman di Gaza dan membunuh warga sipil. Prancis, katanya, “jelas mengutuk” tindakan “teroris” Hamas, namun tetap mengakui hak Israel untuk melindungi dirinya sendiri.
“Kami mendesak mereka untuk menghentikan pengeboman ini,” kata Macron.
Sebagai tanggapan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan para pemimpin dunia seharusnya mengutuk Hamas, dan bukan Israel. “Kejahatan yang dilakukan Hamas hari ini di Gaza akan dilakukan besok di Paris, New York, dan di mana pun di dunia,” kata Netanyahu.
Israel mengatakan bahwa militan Hamas, yang menyandera 240 warga negara berbeda yang diculik dalam serangan bulan lalu, akan memanfaatkan gencatan senjata untuk berkumpul kembali jika ada gencatan senjata.
Arab Saudi akan menjadi tuan rumah KTT gabungan luar biasa Islam-Arab pada Sabtu. Kementerian luar negeri Saudi mengatakan "negara-negara merasa perlu untuk menyatukan upaya dan mengambil sikap kolektif yang bersatu".
Sebelum meninggalkan Teheran untuk menghadiri pertemuan puncak di Riyadh, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan: "Gaza bukanlah arena untuk berkata-kata. Ini harus menjadi arena tindakan."
“Saat ini, persatuan negara-negara Islam sangatlah penting,” tambahnya.
Iran mendukung Hamas dan Jihad Islam, kelompok militan Palestina lainnya di Gaza, serta Hizbullah, kelompok militan yang berbasis di Lebanon.
<!--more-->
Rumah Sakit Kelebihan Kapasitas Diserang
Pertempuran meningkat hingga Sabtu malam di dekat rumah sakit yang penuh sesak di Kota Gaza, yang menurut para pejabat Palestina terkena ledakan dan tembakan.
“Israel kini melancarkan perang terhadap rumah sakit di Kota Gaza,” kata Mohammad Abu Selmeyah, direktur rumah sakit Al Shifa.
Dia kemudian mengatakan bahwa sedikitnya 25 orang tewas dalam serangan Israel terhadap sekolah Al-Buraq di Kota Gaza, tempat orang-orang yang rumahnya hancur berlindung.
Para pejabat Gaza mengatakan rudal-rudal yang mendarat di halaman Al Shifa, rumah sakit terbesar di wilayah kantong itu, pada Jumat dini hari, merusak Rumah Sakit Indonesia dan dilaporkan membakar rumah sakit kanker anak Nasser Rantissi.
Militer Israel kemudian mengatakan bahwa proyektil yang salah sasaran yang diluncurkan oleh militan Palestina di Gaza telah mengenai Shifa.
Rumah sakit tersebut, yang dipenuhi oleh para pengungsi serta pasien dan staf medis, berada di Gaza utara, tempat Israel mengatakan militan Hamas terkonsentrasi.
Juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy mengatakan markas besar Hamas berada di ruang bawah tanah rumah sakit Shifa, yang berarti fasilitas tersebut dapat kehilangan status perlindungannya dan menjadi target yang sah.
Israel mengatakan Hamas menyembunyikan senjata di terowongan di bawah rumah sakit. Hamas membantah hal itu.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa petugas kesehatan yang dihubungi kelompok tersebut di Shifa terpaksa meninggalkan rumah sakit untuk mencari keselamatan.
“Banyak dari ribuan orang yang berlindung di rumah sakit terpaksa dievakuasi karena risiko keamanan, sementara banyak yang masih bertahan di sana,” tulis Tedros di media sosial.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf Al-Qidra mengatakan Israel telah mengebom gedung rumah sakit Shifa sebanyak lima kali.
“Seorang warga Palestina tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan dini hari itu,” katanya melalui telepon. Video yang diverifikasi Reuters menunjukkan adegan panik dan orang-orang berlumuran darah.
Tank-tank Israel telah mengambil posisi di sekitar rumah sakit Nasser Rantissi serta rumah sakit Al-Quds, kata staf medis sebelumnya.
Palang Merah Palestina mengatakan pasukan Israel menembaki rumah sakit Al-Quds, dan terjadi bentrokan sengit, dengan satu orang tewas dan 28 luka-luka, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak.
REUTERS
Pilihan Editor: Donald Trump Sarankan AS Lepas Tangan dari Konflik Israel-Palestina