Konflik Sudan, Menlu Retno Upayakan Evakuasi 1.209 WNI dan Desak DK PBB Rapat Darurat
Reporter
Tempo.co
Editor
Naufal Ridhwan
Jumat, 21 April 2023 21:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berupaya menggapai Khartoum dan memimpin langsung rapat koordinasi persiapan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Sudan, yang tengah dilanda konflik mematikan sejak akhir pekan lalu.
Retno, dalam pernyataan pers virtual dari Jakarta pada Kamis, 20 April 2023, menyatakan, jeda kemanusiaan di Sudan, akan menjadi kunci bagi pelaksanaan evakuasi dan keberlanjutan bantuan.
“Koordinasi pada tingkat teknis atau working level akan terus dilakukan,” katanya.
Ada 1.209 WNI di Sudan
Berdasarkan data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum, WNI yang berada di Sudan saat ini berjumlah 1.209. Retno mengatakan, dia tengah mematangkan rencana evakuasi bersama lima perwakilan Indonesia di luar negeri, yaitu KBRI Khartoum, Kairo, Riyadh, Addis Ababa, dan KJRI Jeddah.
Menteri Retno mengaku sudah mengontak timpalannya dari Sudan untuk meminta perlindungan bagi perwakilan WNI dan warga Indonesia di negara itu, namun belum mendapatkan balasan.
Berhasil evakuasi 43 WNI
Tim perlindungan WNI dan KBRI Khartoum sejauh ini sudah berhasil mengevakuasi 43 WNI yang terjebak di lokasi pertempuran ke rumah aman yang disediakan perwakilan RI. Menurut Retno, KBRI dan organisasi kemasyarakatan Indonesia sudah mendistribusikan bahan pangan dan logistik kepada WNI yang memerlukan. <!--more-->
Menlu RI Retno Marsudi Minta DK PBB rapat darurat, desak gencatan senjata
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyerukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) untuk segera menggelar pertemuan darurat mendesak gencatan senjata dalam konflik di Sudan yang makin memburuk.
“Indonesia mendesak DK PBB untuk segera bertindak,” kata Retno dalam pengarahan media daring dari Jakarta pada Senin, 29 April 2023.
Retno menyebut seruan bagi Dewan Keamanan PBB ini sudah disampaikan melalui Wakil Tetap RI di New York. Dia menilai jeda kemanusiaan penting untuk memastikan evakuasi dan bantuan terus berlanjut.
Sebelumnya, sebuah upaya baru untuk gencatan senjata dalam pertempuran yang ganas antara militer Sudan dan pasukan paramiliter di Khartoum dan tempat lain gagal, Rabu. Gagalnya gencatan senjata membuat rakyat Sudan mencemaskan menyusutnya pasokan makanan dan gangguan dalam layanan medis.
Gencatan senjata 24 jam seharusnya berlaku efektif pukul 6 sore waktu setempat. Dua saksi mata di wilayah yang berbeda di ibukota mengatakan kepada Reuters bahwa pertempuran berlanjut.
Sebelumnya pada hari itu pengeboman terus-menerus terdengar di pusat Khartoum di sekitar kompleks yang menampung markas besar tentara dan di bandara utama, yang diperebutkan dengan sengit dan dihentikan sejak pertempuran meletus pada akhir pekan.
Asap tebal membumbung ke langit dan jalan-jalan sebagian besar kosong di ibukota. Tembakan terdengar di selatan kota, kata seorang saksi Reuters, sementara tentara tampaknya merebut kembali bandara militer utama di utara Sudan, seperti ditunjukkan rekaman gambar di jaringan TV al Arabiya.
Penguasa militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, mengatakan dia beroperasi dari markas tentara Khartoum. Reuters tidak dapat memastikan apakah dia masih di sana pada Rabu.
"Angkatan bersenjata membalas serangan baru di sekitar Komando Umum," kata tentara dalam sebuah pernyataan.
Berdiam di rumah mereka, penduduk ibu kota, salah satu kota terbesar di Afrika, berjuang menghadapi pemadaman listrik dan khawatir berapa lama persediaan makanan akan bertahan.
"Hari ini kami mulai kehabisan beberapa barang penting," kata arsitek Hadeel Mohamed, prihatin atas keselamatan saudara laki-lakinya yang pergi mencari makanan.
Tanpa tanda-tanda perdamaian di kota itu sebelum Hari Raya yang menandai akhir Ramadan pekan ini, beberapa warga Khartoum mengabaikan pengeboman untuk pergi ke negara bagian terdekat Al Gezira, di selatan, dimana belum ada pertempuran dilaporkan.
Perebutan kekuasaan di Sudan telah menggagalkan peralihan ke pemerintahan sipil dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas. Pertempuran di Ibu Kota Khartoum dan kota kembar Omdurman dan Bahri yang bersebelahan sejak Sabtu adalah yang terburuk dalam beberapa dasawarsa.
Konflik Sudan tewaskan ratusan orang
Konflik militer antara tentara nasional Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter di Khartoum dan wilayah sekitarnya telah berkecamuk sejak Sabtu, 15 April. Berdasarkan data WHO pada Rabu, 19 April 2023, sekitar 300 orang telah tewas dalam kekerasan terbaru di Sudan, sementara hampir 3.000 lainnya terluka.
IDA ROSDALINA | DANIEL A. FAJRI
Pilihan Editor: Rilis PBB: Pengantin Anak Tertinggi di Asia Selatan dan Jumlah Penduduk India akan Lampaui China