Update Gempa Turki: Korban Jiwa 28.000, Mulai Ada Penjarahan

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Minggu, 12 Februari 2023 11:56 WIB

Seorang bocah berumur 8 tahun, Tanem dan ayahnya berhasil dievakuasi dari bawah runtuhan puing bangunan akibat gempa bumi setelah bertahan hidup selama 101 jam di Hatay, Turki 10 Februari 2023. Municipality via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Tim penolong mulai kelelahan mencari korban selamat di puing-puing akinbat gempa Turki dan Suriah, ketika korban tewas sudah mencapai 28.000 dan tampaknya akan terus bertambah.

Beberapa operasi penyelamatan dihentikan setelah terjadi penjarahan di beberapa lokasi, Sabtu, 11 Februari 2023.

Presiden Tayyip Erdogan berjanji untuk memulai pembangunan kembali dalam beberapa minggu ini. Sebelumnya, dia mengatakan ratusan ribu bangunan hancur akibat bencana gempa paling dahsyat di Turki sejak 1939.

Di Suriah, bencana paling parah terjadi di barat laut yang dikuasai pemberontak. Banyak orang kehilangan tempat tinggal untuk kedua kalinya setelah terlantar akibat perang saudara yang sedang berlangsung.

Di kota Antakya, Turki selatan, kantong mayat berserakan di jalan-jalan dan penduduk mengenakan masker untuk melawan bau kematian saat mereka bergabung dengan tim penyelamat yang masih harus mencapai beberapa bangunan.

"Ada kekacauan, puing-puing dan mayat di mana-mana," kata salah seorang, yang kelompoknya telah bekerja semalaman mencoba menghubungi seorang dosen universitas yang memanggil mereka dari puing-puing. Pada pagi hari, dia berhenti merespons.

Advertising
Advertising

Di Kahramanmaras, dekat dengan pusat gempa di Turki, hanya ada sedikit operasi penyelamatan yang terlihat di tengah gundukan beton rumah dan blok apartemen yang roboh.

Tetapi di satu gedung, penyelamat menggali di antara lempengan beton untuk mencapai seorang anak perempuan berusia lima tahun yang masih hidup, mengangkatnya dengan tandu, dibungkus dengan kertas timah, dan meneriakkan "Allahu Akbar".

Hanya beberapa yang dibawa keluar hidup-hidup pada hari Sabtu.

Dua organisasi penyelamat Jerman menangguhkan pekerjaan, karena ada laporan bentrokan antara kelompok dan baku tembak. Sebuah tim Austria juga sempat menangguhkan pekerjaan.

Muncul penjarahan

Gizem, seorang pekerja penyelamat dari provinsi tenggara Sanliurfa, mengatakan dia melihat penjarah di Antakya. "Kami tidak bisa mengintervensi karena sebagian besar penjarah membawa pisau," katanya.

Polisi dan tentara dikerahkan pada hari Sabtu untuk menjaga ketertiban, juga membantu lalu lintas, penyelamatan, dan pembagian makanan.

Turki mengatakan sekitar 80.000 orang berada di rumah sakit, dengan lebih dari 1 juta di tempat penampungan sementara.

Di luar Antakya, para pekerja di kuburan massal menurunkan kantong mayat ke dalam parit yang digali dan ditutup dengan alat berat. Sekitar 80 kantong mayat menunggu penguburan.

Kuburan baru juga menutupi lereng bukit di luar Gaziantep, beberapa ditandai dengan bunga atau bendera Turki kecil yang berkibar tertiup angin. Seorang wanita menangis tersedu-sedu di samping salah satu kuburan ketika seorang anak laki-laki mencoba menghiburnya.

Para penyintas takut akan penyakit, dengan infrastruktur dasar hancur.

"Jika orang tidak mati di sini di bawah reruntuhan, mereka akan mati karena cedera, jika tidak, mereka akan mati karena infeksi. Tidak ada toilet di sini. Ini masalah besar," kata petugas penyelamat Gizem.

Kepala bantuan PBB Martin Griffiths menggambarkan gempa tersebut sebagai peristiwa terburuk dalam 100 tahun di wilayah tersebut. Dia memuji tanggapan Turki, mengatakan berdasarkan pengalamannya bahwa orang-orang di zona bencana selalu kecewa di awal upaya bantuan.

Dia memperkirakan jumlah korban tewas setidaknya akan berlipat ganda.

Bencana melanda saat Erdogan bersiap untuk pemilihan nasional yang dijadwalkan pada bulan Juni. Popularitasnya sudah jatuh di tengah melonjaknya biaya hidup dan merosotnya mata uang Turki.

Bahkan sebelum gempa, pemungutan suara dipandang sebagai tantangan terberat Erdogan dalam dua dekade berkuasa. Sejak bencana itu, dia menyerukan solidaritas dan mengutuk politik "negatif".

Orang-orang di zona gempa dan politisi oposisi telah menuduh pemerintah memberikan bantuan yang lambat dan tidak memadai sejak dini dan para kritikus mengatakan tentara, yang memainkan peran utama setelah gempa bumi tahun 1999, tidak terlibat cukup cepat.

Erdogan mengakui beberapa masalah, terutama pengiriman bantuan ke wilayah di mana jaringan transportasi rusak, tetapi mengatakan situasinya kemudian dapat dikendalikan.

Pertanyaan mulai diajukan tentang kondisi bangunan. Kejaksaan negara bagian di Adana memerintahkan penahanan 62 orang dalam penyelidikan atas bangunan yang runtuh, sementara kejaksaan menuntut penangkapan 33 orang di Diyarbakir karena alasan yang sama, lapor kantor berita Anadolu milik negara.

Pilihan editor Soal Penerapan Regulasi Bangunan Tahan Gempa, Ridwan Kamil: Gempa Turki Mohon Jadikan Pelajaran

REUTERS

Berita terkait

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

2 hari lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

2 hari lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

3 hari lalu

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

Suriah mengatakan delapan personel militernya terluka akibat serangan Israel di sekitar ibu kota Damaskus.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

3 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

3 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

3 hari lalu

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

Amerika Serikat mengakui salah telah membunuh warga sipil saat menargetkan pemimpin Al Qaeda di Suriah dalam serangan drone.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

3 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

3 hari lalu

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

9 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

5 Panduan Terhindar dari Sambaran Petir

10 hari lalu

5 Panduan Terhindar dari Sambaran Petir

Selain banjir, sambaran petir menjadi bencana yang berbahaya dan patut untuk diwaspadai saat musim hujan.

Baca Selengkapnya