Pengusaha Cina Prihatin Bisnis Anjlok karena Aturan Covid-19 Terlalu Ketat

Reporter

Tempo.co

Selasa, 22 November 2022 11:30 WIB

Petugas keamanan dengan pakaian pelindung berdiri di gerbang kompleks perumahan yang dikunci saat wabah penyakit virus corona (COVID-19) berlanjut di Beijing, Cina, 22 Oktober 2022. REUTERS/Thomas Peter

TEMPO.CO, Jakarta - Brian Bergey dan istrinya Ruixi Hu, pasangan suami istri yang membuka usaha biro perjalanan wisata kuliner, mengeluh karena menghadapi iklim bisnis yang lesu buntut dari aturan Covid-19 yang diberlakukan Cina. Kesulitan ini sudah menginjak tahun ketiga yang dihadapi pasangan itu.

Saat ini muncul desas-desus dikalangan pasar keuangan dunia kalau Cina kemungkinan akan mencabut aturan Covid-19 pada tahun depan. Cina adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

“Kalau saya masih pesimis soal pembukaan kembali Cina (aturan Covid-19 dicabut),” kata Bergey.

Advertising
Advertising

Baca juga: Laboratorium Ini Undang Pelatihan Uji Virus Covid-19 pada Hewan Coba

Pekerja dengan pakaian APD berjaga-jaga di jalan, saat tahap kedua dari penguncian dua tahap untuk mengekang penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19) dimulai di Shanghai, Cina, 1 April 2022. Penambahan kasus baru Covid-19 yang signifikan membuat beberapa kota di Cina kita kembali memberlakukan kebijakan lockdown. REUTERS/Aly Song

Bergey punya biro wisata kuliner yang dinami Lost Plate. Perusahaan itu sejak 2015 menawarkan jasa wisata kuliner ke sejumlah kota di Cina. Ketatnya aturan Covid-19 di Cina, membuat Bergey mulai melirik pasa Asia Tenggara.

Cina telah menjadi negara paling buncit dikalangan negara-negara besar yang belum memperlakukan Covid-19 sebagai endemik. Pada bulan ini, Cina mengungkap sudah ada 20 aturan Covid-19 yang dilonggarkan

Langkah Beijing itu, langsung mengkatrol bursa saham Cina, surat utang Cina dan mata uang yuan menguat. Bukan hanya itu, aset-aset Cina yang tersebar dari Asia ke Eropa dan Amerika Latin, ikut menguat.

Jika Cina mulai terkoneksi lagi dengan dunia luar pada tahun depan, sejumlah investor memperkirakan hal ini tidak akan berdampak signifikan. Artinya, pemulihan ekonomi Cina akan berjalan lambat bahkan paling lambat dalam berpuluh tahun, namun kemungkinan terjadinya resesi pada 2023 mungkin akan memudar.

Ekonomi Cina saat ini suram. Banyak sektor bisnis, khususnya sektor jasa pelayanan konsumen, waswas bisnis mereka tidak akan bertahan sampai tahun depan.

Cina sampai sekarang masih jungkir-balik mengatasi wabah Covid-19. Warga yang kaget dengan ketatnya aturan Pemerintah Cina, harus bertahan dengan uang tabungan mereka.

“Hal terbesar pada Februari dan Maret 2023 nanti, kita lihat siapa sebenarnya yang bisa bertahan di musim dingin,” kata Camden Hauge pengusaha kafe dan bar asal Amerika yang membuka usahanya di Shanghai, Cina.

Sumber: Reuters

Baca juga :Pemerintah Cina Bocorkan Desain Lincoln New Nautilus, Mirip Audi Q8

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

4 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

6 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

6 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Perjanjian Pranikah, Perhatikan Ketentuannya

6 jam lalu

Perjanjian Pranikah, Perhatikan Ketentuannya

Perjanjian pranikah atau perjanjian pisah harta dilakukan kedua pasangan memiliki pendapatan atau bisnis sendiri masing-masing.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

7 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

15 jam lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya