Komisi Eropa Perintahkan Pendaratan Darurat untuk Kapal Migran yang Ditolak 4 Negara
Reporter
magang_merdeka
Editor
Sita Planasari
Kamis, 10 November 2022 12:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Komisi Eropa memerintahkan kapal penyelamat Ocean Viking yang berisi 234 migran asal Afrika yang terkatung-katung selama lebih dari dua pekan terakhir, untuk segera melakukan pendaratan ke tempat aman terdekat.
Baca juga: 15 Migran Tewas dalam Kapal Karam di Lepas Pantai Lesbos Yunani
Seperti dilansir Euronews Rabu, ini adalah langkah yang tidak biasa bagi eksekutif Uni Eropa karena keputusan imigrasi adalah masalah nasional.
Komisi Eropa mengatakan bahwa situasi di atas kapal telah mencapai tingkat kritis dan perlu segera ditangani untuk menghindari tragedi kemanusiaan.
Komisi yang berkedudukan di Brussels itu juga menegaskan bahwa kewajiban hukum untuk menyelamatkan dan memastikan keselamatan jiwa di laut jelas dan tegas, terlepas dari keadaan yang membuat orang berada dalam situasi tertekan.
Kapal Ocean Viking, yang dioperasikan oleh SOS Mediterranee, mengangkut 234 migran di dalamnya, termasuk lebih dari 40 anak di bawah umur tanpa pendamping dan empat anak di bawah usia 4 tahun.
Beberapa dari mereka telah terdampar di kapal selama 19 hari. Dilansir situs MarineTraffic.com, kapal saat ini berada di dekat pulau Sardinia, Italia
Pada Selasa, 8 November 2022, SOS Mediterranee mengatakan bahwa mereka telah mengirim permintaan Tempat Keselamatan kepada otoritas Prancis dan diperkirakan akan tiba di perairan internasional dekat Corsica pada 10 November.
Sebelumnya, Kapal tersebut meminta izin untuk berlabuh di pelabuhan Italia setiap hari sejak 27 Oktober tetapi berulang kali ditolak. Kemudian mulai mengirimkan permintaan harian ke otoritas Prancis, Spanyol, dan Yunani dari 2 November dengan hasil yang serupa.
"Situasi di kapal Ocean Viking mencapai batas kritis. Kami menghadapi konsekuensi yang sangat parah, termasuk risiko hilangnya nyawa," kata Xavier Lauth, Direktur Operasi SOS Mediterranee, dalam sebuah pernyataan, pada Selasa, 8 November 2022.
"Kesehatan fisik dan psikologis para penyintas dan kru telah kelelahan karena terkatung-katung di laut selama lebih dari dua minggu." tambahnya
Koordinator Pencarian dan Penyelamatan kapal, Nicola Stalla, sementara itu mengatakan bahwa "dalam beberapa hari terakhir, hukum maritim dan kemanusiaan dilanggar secara terang-terangan di Sisilia, dengan penerapan proses penurunan penumpang yang selektif dan diskriminatif dari orang-orang yang diselamatkan oleh kapal LSM Humanity 1 dan Geo Barents."
Pemerintah sayap kanan baru Italia mengizinkan kapal Humanity 1 dan Geo Barents, yang masing-masing dioperasikan oleh SOS Humanity dan Médécins Sans Frontires (MSF), untuk berlabuh sementara di Sisilia pada 5 dan 6 November.
Namun, Roma hanya mengizinkan total 600 orang untuk turun setelah penilaian "kerentanan" oleh dua dokter yang dipilih oleh pihak berwenang.
Komisi Eropa menambahkan dalam pernyataannya bahwa "mengingatkan prinsip kerja sama yang tulus dan menyerukan kepada negara-negara anggota untuk bekerja sama untuk memastikan tanggapan bersama, dengan masalah nyawa menjadi yang paling penting dan pertimbangan utama."
Komisi ini juga menyerukan lebih banyak dukungan untuk "negara-negara anggota yang secara teratur menerima kedatangan melalui laut", termasuk melalui Mekanisme Solidaritas.
Seruan Komisi Eropa datang hanya satu jam setelah Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Türk mengatakan hal serupa kepada Italia dan Uni Eropa. Hal itu disampaikan Volker Türk melalui cuitan di akun @UNHumanRights.
"UE: Politik tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan orang-orang yang kesusahan. Para migran membutuhkan dukungan sepenuh hati kita – umat manusia menuntutnya." ujar Volker Türk dalam pernyataan pada Rabu, 9 November 2022.
"Hak Asasi Manusia harus menjadi inti dari upaya pencarian & penyelamatan. Turun tepat waktu di tempat yang aman bagi mereka yang diselamatkan di laut sangat penting – @volker_turk."
Eksekutif UE meluncurkan proposalnya untuk Pakta Baru tentang Migrasi dan Suaka pada 2020 yang diharapkan dapat menerapkan sistem manajemen migrasi yang dapat diprediksi dan andal.
Uni Eropa juga menyerukan kontribusi yang lebih ketat dari negara-negara anggota dalam hal relokasi atau dukungan dalam bentuk lain, seperti bantuan keuangan.
Namun, negara-negara anggota tidak setuju pada beragam masalah, termasuk apakah kontribusi tersebut harus mengikat.
Terhitung setidaknya 1.337 orang hilang di rute migrasi Laut Mediterania Tengah tahun ini dalam perjalanan menuju Eropa, menurut Proyek Migran Hilang, sebuah inisiatif yang dilaksanakan oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi, atau IOM.
Baca juga: 394 Migran Diselamatkan dari Laut Mediterania
EURONEWS (Nugroho Catur Pamungkas)