PBB Siap Gelar Pemungutan Suara untuk Sanksi Lagi Korea Utara

Reporter

Daniel Ahmad

Kamis, 26 Mei 2022 14:35 WIB

Logo Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di pintu di kantor pusatnya di New York, AS.[REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Keamanan PBB akan melakukan pemungutan suara pada Kamis, 26 Mei 2022, untuk memperkuat sanksi terhadap Korea Utara setelah negara itu melakukan peluncuran rudal balistiknya pada Rabu, 25 Mei 2022. Pemungutan suara itu didorong oleh Amerika Serikat, namun mendapat penolakan dari Cina.


Pemungutan suara dilakukan sehari setelah Pyongyang menembakkan tiga rudal, termasuk satu yang dianggap sebagai rudal balistik antarbenua terbesarnya. Rudal-rudal itu ditembakkan usai Presiden Amerika Serikat Joe Biden merampungkan kunjungan kerja ke Asia.

Manuver Korea Utara adalah yang terbaru dalam serangkaian peluncuran rudal balistik tahun ini, yang dilarang oleh Dewan Keamanan PBB.

Advertising
Advertising

Layar televisi menayangkan berita soal peluncuran rudal oleh Korea Utara, di Seoul, Korea Selatan, 25 Mei 2022. REUTERS/Kim Hong-Ji


Rancangan resolusi itu disebut akan lebih membatasi kemampuan Korea Utara untuk memajukan WMD atau senjata pemusnah massal dan program rudal balistiknya yang melanggar hukum.

"Itu akan merampingkan penerapan sanksi dan lebih lanjut memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan," kata seorang pejabat Amerika kepada Reuters.


Korea Utara telah dikenai sanksi-sanksi PBB sejak 2006. Dengan suara bulat saat pemungutan suara, sanksi terus ditingkatkan oleh Dewan Keamanan selama bertahun-tahun untuk memotong dana bagi program senjata nuklir dan misil balistik Pyongyang.


Cina dan Rusia telah mendorong pelonggaran sanksi atas dasar kemanusiaan. Sebuah resolusi membutuhkan sembilan suara "ya" dan tidak ada veto oleh Rusia, Cina, Prancis, Inggris, atau Amerika Serikat.



Cina menilai langkah tersebut, tidak akan menyelesaikan masalah apa pun. Adapun Beijing memiliki hak veto di DK PBB.


"Kami tidak berpikir resolusi seperti yang diusulkan oleh Amerika dapat menyelesaikan masalah apa pun," kata juru bicara misi Cina di PBB kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa Cina malah mengusulkan agar dewan mengadopsi pernyataan resmi alih-alih resolusi sanksi.


Juru bicara itu mengatakan Amerika tahu cara terbaik untuk de-eskalasi, tetapi hanya menolaknya. Cina mengatakan Washington harus menunjukkan lebih banyak ketulusan dan fleksibilitas jika menginginkan terobosan dengan Korea Utara.



Rancangan resolusi Amerika, seperti dilihat oleh Reuters, akan melarang ekspor tembakau dan tembakau manufaktur ke Korea Utara. Rancangan teks itu juga akan memperpanjang larangan peluncuran rudal balistik untuk diterapkan pada rudal jelajah atau sistem pengiriman lain yang mampu mengirimkan senjata nuklir.


Rancangan tersebut mengusulkan pemotongan ekspor minyak mentah ke Korea Utara sebesar 1 juta barel menjadi 3 juta barel per tahun dan mengurangi ekspor minyak olahan sebesar 125.000 barel menjadi 375.000 barel. Paket ini juga berusaha untuk melarang ekspor Korea Utara berupa bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk penyulingan mereka.


Menurut pemantau PBB, Korea Utara berhasil menghindari beberapa sanksi PBB. Dilaporkan, pada Februari lalu serangan siber Korea Utara menghasilkan ratusan juta dolar bagi Pyongyang.


Rancangan resolusi itu sendiri akan memberlakukan pembekuan aset pada kelompok peretas Lazarus, yang menurut Amerika dikendalikan oleh Biro Umum Pengintaian, badan intelijen utama Korea Utara. Lazarus telah dituduh terlibat dalam serangan ransomware "WannaCry", peretasan bank internasional dan rekening pelanggan, dan serangan siber 2014 di Sony Pictures Entertainment.



REUTERS

Baca juga: Korea Utara Tembakkan 3 Rudal

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Didorong Jadi Sekjen PBB, Pernahkah Presiden Jokowi Hadir dalam Sidang Umum PBB?

16 jam lalu

Didorong Jadi Sekjen PBB, Pernahkah Presiden Jokowi Hadir dalam Sidang Umum PBB?

Hingga tahun terakhir menjabat, Presiden Jokowi tidak pernah hadir secara langsung dalam Sidang Umum PBB.

Baca Selengkapnya

Pejabat AS Terbang ke Arab Saudi Temui Pangeran MBS, Apa yang Dibahas?

18 jam lalu

Pejabat AS Terbang ke Arab Saudi Temui Pangeran MBS, Apa yang Dibahas?

Utusan Joe Biden menemui Pangeran MBS di Arab Saudi untuk membahas sejumlah hal termasuk Palestina.

Baca Selengkapnya

Dua Aktor Pengisi Suara di AS Gugat Perusahaan AI yang Diduga Gunakan Suara Mereka Secara Ilegal

19 jam lalu

Dua Aktor Pengisi Suara di AS Gugat Perusahaan AI yang Diduga Gunakan Suara Mereka Secara Ilegal

Dua aktor pengisi suara menggugat salah satu startup kecerdasan buatan atau AI, yakni Lovo di pengadilan federal Manhattan, AS. Begini kasusnya.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

21 jam lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

UNRWA: 800.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Sejak Invasi Israel

23 jam lalu

UNRWA: 800.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Sejak Invasi Israel

Hampir separuh dari penduduk Rafah sudah meninggalkan wilayah itu sejak Israel melakukan serangan besar-besaran.

Baca Selengkapnya

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

1 hari lalu

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

Amerika Serikat mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui dermaga terapung buatannya di lepas pantai Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

PBB Sahkan Resolusi Indonesia soal Penanganan Anak yang Terasosiasi Kelompok Teroris

1 hari lalu

PBB Sahkan Resolusi Indonesia soal Penanganan Anak yang Terasosiasi Kelompok Teroris

PBB melalui UNODC mengesahkan resolusi yang diajukan Indonesia mengenai penanganan anak yang terasosiasi dengan kelompok teroris.

Baca Selengkapnya

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

1 hari lalu

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

Dari total sumbangan dana USD2.7 miliar (Rp43 triliun) yang dibutuhkan, baru 12 persen yang diterima OCHA untuk mengatasi kelaparan di Sudan.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

2 hari lalu

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

Rancangan undang-undang penerbangan yang ditanda-tangani Joe Biden diharapkan bisa meningkatkan kualitas di sejumlah sektor.

Baca Selengkapnya

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

2 hari lalu

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

26 perusahaan kapas asal Cina tak bisa melakukam impor ke Amerika Serikat karena diduga melakukan kerja paksa ke minoritas warga Uighur.

Baca Selengkapnya