Dibohongi Taliban, Prancis Ogah Akui Pemerintahan Baru Afghanistan

Minggu, 12 September 2021 13:00 WIB

Seorang perempuan yang mengenakan Burqa berjalan melewati Pasukan Taliban yang memblokir jalan-jalan di sekitar bandara, di Kabul, Afghanistan. 27 Agustus 2021. Taliban juga melarang perempuan menekuni olahraga karena dinilai tidak sesuai dengan syariat Islam yang diyakini, dengan alasan khawatir bagian tubuh perempuan akan terekspose ketika berolahraga. REUTER/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Prancis menegaskan bahwa mereka tidak akan mengakui serta membangun hubungan diplomatik dengan pemerintahan baru di Afghanistan. Mereka memandang Taliban, selaku penguasa baru di Afghanistan, tidak menepati janji-janjinya yang merupakan syarat dari Prancis untuk bisa diakui sebagai pemerintahan yang sah.

"Prancis menolak untuk mengakui atau membangun hubungan apapun dengan pemerintahan baru ini. Kami menginginkan aksi dari Taliban dan mereka yang membutuhkan bantuan ekonomi serta hubungan internasional," ujar Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 11 September 2021.

Salah satu hal di mana Taliban berbohong, kata Le Drian, adalah soal mengizinkan warga negara asing dan warga lokal untuk pergi meninggalkan Afghanistan. Kenyataannya, hal itu relatif dipersulit, terutama untuk warga lokal.

Hal lain di mana Taliban berbohong adalah soal inklusivitas dan keterbukaan di pemerintahan baru Afghanistan. Realitanya, pemerintahan baru di Afghanistan diisi oleh pejabat-pejabat senior Taliban, tak ada pihak luar. Selain itu, tidak ada perempuan yang menjadi pejabat di pemerintahan tersebut.

Tak adanya perempuan di kabinet menjadikan Afghanistan sebagai negara ke-13 di dunia yang tak memberi ruang pada perempuan di pemerintahan. Adapun Taliban merasa sah-sah saja tidak menempatkan figur perempuan di pemerintahan karena menurut mereka perempuan kurang pas memimpin dan malah akan menjadi beban.

"Mereka bilang akan memperbolehkan warga negara asing dan lokal untuk pergi. Mereka juga berkata akan menghadirkan pemerintahan yang inklusif dan representatif. Mereka bohong soal keduanya," ujar Le Drian menegaskan.

Meski tidak mengakui pemerintahan baru Afghanistan bentukan Taliban, Prancis akan tetap bernegosiasi dengan kelompok itu untuk membahas pemulangan warga negaranya dan evakuasi warga lokal. Rencananya, negosiasi akan dimulai pada Ahad ini di Qatar.

"Masih ada beberapa warga negara Prancis dan ratusan warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk kami yang perlu dievakuasi," ujar Le Drian soal rencana negosiasi dengan Taliban.

Taliban, per berita ini ditulis, belum memberikan pernyataan apapun soal sikap Prancis atas pemerintahan baru Afghanistan.

Baca juga: Taliban Jadikan Afghanistan Negara Ke-13 Tanpa Pejabat Perempuan di Pemerintahan

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

21 menit lalu

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

Masyarakat perlu mendukung perempuan dalam mengejar kesempatan dan kesuksesan di berbagai bidang, termasuk di menjadi pemandu wisata perempuan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

13 jam lalu

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, bekerjasama dengan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) untuk meningkatkan edukasi politik bagi perempuan.

Baca Selengkapnya

Selain Istana Versailles 4 Chateau di Paris Ini Tak Kalah Megah dan Menakjubkan

15 jam lalu

Selain Istana Versailles 4 Chateau di Paris Ini Tak Kalah Megah dan Menakjubkan

Kalau sudah pernah ke Istana Versailles dan ingin mencari tempat baru, berikut ini adalah istana terbaik di dekat Paris

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

20 jam lalu

Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

Emmanuel Macron mengutuk blokade oleh demonstran pro-Palesitna yang menutup pintu-pintu gerbang masuk ke universitas.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

1 hari lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

3 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

3 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

3 hari lalu

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

4 hari lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

5 hari lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya