Belum Usai Covid-19, Afrika Waspada Virus Marburg Mematikan, Begini Gejalanya

Reporter

Tempo.co

Jumat, 13 Agustus 2021 13:35 WIB

Marburg Virus. seminarsonly.com

TEMPO.CO, Jakarta - Belum usai pandemi Covid-19, Afrika Barat diserang virus Marburg. Virus ini terdeteksi di salah satu daratan Afrika Barat, tepatnya di Republik Guinea. Dalam pernyataan resminya di laman who.int, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Marburg mirip dengan ebola, salah satu virus yang cukup mematikan dan telah menelan banyak korban.

Dilansir dari laman africacdc.org, Marburg Virus Disease (MVD) atau biasa disebut virus marburg, yang sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah Marburg, adalah penyakit yang dapat menyebabkan kefatalan pada manusia. Virus Marburg ditularkan ke manusia dari kelelawar buah dan menyebar ke sesama manusia melalui penularan dari manusia ke manusia yang menyebabkan demam berdarah yang parah pada manusia.

Tingkat fatalitas kasus untuk virus Marburg adalah antara 23 persen hingga 90 persen. Wabah dan kasus yang telah dilaporkan hingga saat ini mulai dari Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, dan Afrika Selatan pada seseorang dengan riwayat perjalanan yang sedang ke Zimbabwe.

Masa inkubasi MVD mulai dari 2 hingga 9 hari dimana penularan tidak terjadi selama masa inkubasi. Penularan virus dari orang ke orang membutuhkan kontak yang sangat dekat dengan pasien. Infeksi terjadi akibat kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya seperti feses, muntahan, urin, dan saliva dengan konsentrasi virus yang tinggi, terutama bila cairan tersebut mengandung darah. Sedangkan penularan melalui air mani yang terinfeksi dapat terjadi hingga tujuh minggu setelah pemulihan klinis.

Gejala dari MVD ditandai dengan demam, menggigil, sakit kepala, dan nyeri otot. Setelah lima hari pascatimbulnya gejala, muncul ruam dada, punggung, atau perut. Mual, muntah, nyeri dada, sakit tenggorokan, sakit perut, dan diare juga mungkin muncul. Gejala menjadi semakin parah hingga menyebabkan penyakit kuning, radang pankreas, penurunan berat badan yang parah, delirium, syok, gagal hati, perdarahan masif, dan disfungsi multi-organ.

Advertising
Advertising

Sampai saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk MVD. Perawatan preventif dengan rehidrasi dan pengobatan simtomatik dapat meminimalisir penyakit ini. Meski belum ada pengobatan yang terbukti dapat menetralisir virus, tetapi serangkaian terapi darah, imunologi, dan obat-obatan sedang dikembangkan untuk mengatasi virus ini.

Tindakan pencegahan terhadap infeksi virus Marburg juga jelas, karena penularan dari satwa liar ke manusia masih menjadi bidang penelitian yang sedang berlangsung hingga saat ini. Namun, dengan menghindari kelelawar buah dan primata non-manusia yang sakit di Afrika tengah, merupakan salah satu cara untuk melindungi diri dari infeksi yang dapat dilakukan.

Tindakan pencegahan penularan sekunder, atau dari orang ke orang, serupa dengan yang digunakan untuk demam berdarah lainnya. Jika pasien dicurigai atau dikonfirmasi menderita virus Marburg atau demam berdarah Marburg, teknik merawatnya perlu dengan APD sebagaimana diterapkan pada pasien Covid-19 untuk mencegah kontak fisik langsung dengan pasien.

NAUFAL RIDHWAN ALY

Baca: Penyakit Virus Marburg Menambah Wabah Covid-19 dan Ebola di Negara ini

Berita terkait

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

22 jam lalu

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan DBD. Berikut penjelasan Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Penyebab dan Gejala Penyakit Hemofilia yang Perlu Diketahui

1 hari lalu

Penyebab dan Gejala Penyakit Hemofilia yang Perlu Diketahui

Hemofilia merupakan penyakit kelaianan pada fungsi pembekuan darah. Sebagian besar penyebabnya terjadi karena keturunan.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

2 hari lalu

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

3 hari lalu

Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

Bayi wajib melakukan imunisasi untuk mencegah bahaya kesehatan, terutama ketika berusia 1-2 bulan. Lantas, apa saja jenis imunisasi yang wajib dilakukan bayi?

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

3 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

3 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya