WHO Butuh Dana Segar Rp 164 Triliun Atasi Pandemi Covid-19
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Rabu, 4 Agustus 2021 17:29 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencari dana segar sebesar US$ 11,5 miliar atau setara Rp 164,6 triliun untuk memerangi virus corona varian Delta yang sangat menular. Kebutuhan dana itu dikutip Reuters dari laporan WHO. Lembaga ini juga khawatir negara-negara kaya tak mau menyumbang dana untuk penanggulangan Covid-19.
Menurut dokumen yang diperkirakan akan dirilis pekan ini, WHO akan menggunakan uang tersebut untuk membeli alat tes, oksigen dan masker wajah yang akan diberikan ke negara-negara miskin. Sebagian dana lainnya akan digunakan untuk membeli ratusan juta vaksin.
Dalam laporan yang masih bisa berubah itu diuraikan pula hasil dan kebutuhan keuangan untuk Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A). ACT-A adalah program bersama yang dipimpin WHO untuk mendistribusikan vaksin, obat-obatan, dan tes COVID-19 secara adil di seluruh dunia.
Program ACT-A yang didirikan pada awal pandemi, masih sangat kekurangan dana. Koordinator ACT-A mengakui bahwa program itu akan tetap ada karena banyak pemerintah berupaya mengatasi kebutuhan global COVID secara berbeda.
Akibat kekurangan biaya, WHO telah memotong hampir US$ 5 miliar total permintaan dana. Program ACT-A masih memnbutuhkan dana sebanyak US$ 16,8 miliar.
Dokumen tersebut juga menyerukan tambahan US$ 3,8 miliar, di atas US$ 7,7 miliar, untuk pengadaan 760 juta dosis vaksin COVID-19 yang akan dikirimkan tahun depan.
"Opsi untuk membeli ini perlu dilakukan dalam beberapa bulan mendatang atau dosis vaksin akan hilang," dokumen itu memperingatkan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pekan lalu mengatakan lembaga ini sangat membutuhkan dana US$ 7,7 miliar. Namun ia tidak merinci untuk apa saja anggaran tersebut.
WHO sendiri tak bersedia berkomentar soal krisis uang di lembaga ini.
Krisis uang tunai menyebabkan kekhawatiran tentang kelangsungan program ACT-A. Sementara negara-negara kaya saat ini lebih banyak menyumbangkan langsung vaksin ke negara miskin sebagai bagian dari diplomasi mereka.
Menurut Jepang, prosesnya jauh lebih cepat dibandingkan melalui COVAX. Selain Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa juga telah menyumbang Covid-19.
Selain vaksin, beberapa negara telah menyediakan peralatan secara langsung kepada negara lain juga. Bulan lalu, Australia menyumbangkan peralatan terkait oksigen, alat uji antigen serta vaksin ke Indonesia.
Baca: Soal Ivermectin, Studi Analisis Kuatkan Rekomendasi WHO Bertambah
REUTERS