Australia: Tidak Akan Ada Materi Kampanye Vaksinasi COVID-19 di Facebook

Minggu, 21 Februari 2021 13:15 WIB

Orang-orang mengantre di klinik pengujian penyakit virus corona (COVID-19) di Rumah Sakit Mona Vale setelah wabah baru corona terdeteksi di daerah Pantai Utara Sydney, Australia, 18 Desember 2020. [REUTERS / Loren Elliott]

TEMPO.CO, Jakarta - Kisruh pembayaran royalti konten antara Facebook dan Australia berdampak ke materi kampanye vaksinasi COVID-19. Pemerintah Australia memastikan tidak akan ada materi kampanye vaksinasi COVID-19 di Facebook. Konten-konten terkait, untuk saat itu, akan memakai platform media sosial lain.

"Hingga masalah dengan Facebook terselesaikan, tidak akan ada materi dari kami di sana," ujar Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt, dikutip dari Reuters, Ahad, 21 Februari 2021.

Hunt menjelaskan, walaupun materi vaksinasi COVID-19 penting untuk disebarluaskan, tidak ada perintah untuk menggunakan platform Facebook. Lagipula, kata ia, Facebook telah bertindak layaknya bully di mana merasa tidak bisa diatur.

"Kami akan menggunakan kanal lainnya semaksimal mungkin untuk membujuk warga Australia mau divaksinasi. Hal itu termasuk konten dalam bahasa asing. Bisa saja kami pakai Facebook, namun itu bukan pilihan," ujarnya menegaskan.

Ilustrasi Facebook (REUTERS)


Sebagaimana diberitakan sebelumnya, kisruh antara Facebook dan Australia bermula dari komitmen negeri kangguru tersebut untuk mengatur kembali cara kerja platform media sosial dan media konservatif. Salah satu yang hendak diubah Australia adalah nilai yang harus dibayar pemilik media sosial untuk bisa menggunakan konten dari media lokal.

Selama ini, platform media sosial relatif tidak harus membayar banyak untuk menggunakan konten-konten berita dari perusahaan media. Di sisi lain, mereka juga mendapatkan pemasukan iklan lebih besar dari praktik tersebut. Bagi Australia, hal tersebut tidak adil untuk perusahaan media yang memproduksi konten.

Australia kemudian mengeluarkan kebijakan baru bernama Media Bargaining Code. Aturan itu, pada dasarnya, memaksa media sosial untuk membayar konten perusahaan-perusahaan media Australia yang mereka gunakan. Facebook menolak hal tersebut dan mencoba mengancam balik dengan memblokir seluruh konten berita Australia dari Facebook.

Pemblokiran tersebut terjadi beberapa hari sebelum kampanye vaksinasi COVID-19 digelar. Kampanye itu sendiri sudah dimulai hari ini dengan penyuntikan terhadap sejumlah lansia, tenaga medis, serta PM Australia Scott Morrison.

Per berita ini ditulis, Facebook dan Australia dikabarkan sudah mulai bernegosiasi lagi soal royalti konten. Sabtu kemarin, PM Scott Morrison sempat mengatakan Facebook sudah "berteman" lagi secara tentatif. Sementara itu, Menteri Keuangan Josh Frydenberg mengklaim akan berbicara dengan Facebook akhir pekan ini.

Baca juga: Ini Kata Facebook Setelah Blokir Semua Konten Berita di Australia

ISTMAN MP | REUTERS



Berita terkait

5 Daftar Negara Tersantai di Dunia, Indonesia Peringkat 1

4 jam lalu

5 Daftar Negara Tersantai di Dunia, Indonesia Peringkat 1

Beberapa negara ini dijuluki negara tersantai di dunia. Hal ini dinilai berdasarkan tingkat kenyamanan hingga suhu udara. Ini daftarnya.

Baca Selengkapnya

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

1 hari lalu

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

Gejolak demo mahasiswa Pro-Palestina merembet ke Australia dan Prancis, apa yang terjadi?

Baca Selengkapnya

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

1 hari lalu

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

Kepolisian Australia mengkonfirmasi telah menembak mati seorang remaja laki-laki, 16 tahun, karena penikaman dan tindakan bisa dikategorikan terorisme

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

2 hari lalu

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

Banyak bar dan pub di Kota Perth buka sampai tengah malam, ramai dikunjungi wisatawan dan warga lokal tapi tertib dan bebas asap rokok.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

2 hari lalu

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

Salah satu warisan budaya Aborigin adalah pengetahuan tentang tanaman herbal dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

2 hari lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

3 hari lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya