TEMPO Interaktif, Jakarta: Jumlah umat muslim di Timor Leste berkurang seiring lepasnya wilayah itu dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 1999 silam. 'Sebagian pindah ke Indonesia," Presiden Pusat Komunitas Islam Timor Leste, Arief Abdullah Sagran, Kamis (2/10).
Ditemui saat bertandang ke rumah Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin bersama Sekretaris Jenderal Fretilin Mari Alkatiri, Arief menjelaskan, kondisi di Timor Leste saat itu tidak stabil. Warga muslim banyak yang pindah ke Kupang atau Atambua.
Pada 2006, masih ada sekitar 2.450 muslim di bekas Provinsi Timor Timur itu. Sekarang jumlah tersebut terus kurang. "Saya yakin perpindahan ini hanya bersifat sementara," kata Arief. "Tidak ada intimidasi karena agama di Timor Leste meskipun kami minoritas."
Buktinya, menurut Arief, warga muslim ada yang menduduki jabatan penting di pemerintahan. "Kami punya mantan Perdana Menteri yang beragama Islam," ucapnya sambil menunjuk Mari Alkatiri. Selain itu, dia menambahkan, wakil Menteri Keuangan dan Wakil Gubernur Bank Sentral kini dijabat oleh muslimah.
Saat ini telah berdiri lima masjid di Timor Leste, termasuk masjid peninggalan era pemerintahan Indonesiai, Masjid An Nur di Dili. "Idul Fitri dan Idul Adha adalah hari libur resmi di Timor Leste," kata Arief.
Karena tidak adanya sekolah Islam di Timor Leste, warga muslim berkiblat pada Indonesia untuk memberikan pendidikan agama Islam untuk pelajar. "Banyak mahasiswa kami yang melanjutkan studinya ke sekolah Muhammadiyah di Indonesia," ujar Arief yang pernah belajar di Pesantren Darunnajah, Ulujami, Jakarta Selatan.
"Sekitar sepuluh mahasiswa Timor Leste mendapat beasiswa di Universitas Islam Negeri," kata dia dengan ceria. Sebagian mengambil jurusan sosial-politik. Beasiswa tersebut berasal dari Kementrian Agama RI.
Kedatangan Mari Alkatiri yang bernama lengkap Mari bin Amude Alkatiri dan Arief atas undangan Menteri Agama. "Tidak ada kepentingan politik, saya datang benar-benar hanya untuk merayakan Idul Fitri," ujar Alkatiri. Sehabis bertemu Din Syamsuddin, mereka bertolak ke Mozambik.
Famega Syavira