Korea Utara Bangun Rumah Sakit Meski Tidak Laporkan Kasus Corona

Kamis, 2 April 2020 14:30 WIB

Pada 18 Maret, media pemerintah Korea Utara mengungkapkan berita tentang proyek rumah sakit baru di pusat Pyongyang.[Rodong Sinmun/NK News]

TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara membangun rumah sakit di Pyongyang dengan tergesa-gesa meski tidak secara resmi melaporkan kasus virus Corona.

Konstruksi rumah sakit sudah mencapai tahap 60 persen sejak groundbreaking 10 hari lalu, menurut media negara, dikutip dari Yonhap, 2 April 2020.

Korea Utara mengatakan tidak memiliki infeksi virus Corona, tetapi spekulasi tetap ada bahwa Korea Utara mungkin menyembunyikan wabah. Korut telah menutup perbatasannya dan kriteria karantina yang diperketat.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menunjukkan minat pada proyek Rumah Sakit Umum Pyongyang, menghadiri upacara peletakan batu pertama pada 17 Maret dan memerintahkan agar pembangunannya selesai pada 10 Oktober, peringatan ke-75 pendiri Partai Pekerja yang berkuasa.

"Dengan kompetisi yang kuat sedang berlangsung di antara para pembangun yang bergabung dalam konstruksi, lebih dari 63 persen pekerjaan penggalian dasar telah selesai dan penempatan beton secara aktif terjadi," kata Rodong Sinmun, surat kabar resmi partai yang berkuasa.

Advertising
Advertising

Rodong Sinmun mengatakan bahwa kondisi kerja yang "tidak menguntungkan" bermunculan di lokasi konstruksi, tetapi alat berat dan banyak tentara telah dimobilisasi untuk memungkinkan pekerjaan dilanjutkan.

Surat kabar ini juga melaporkan aliran sumbangan dari orang-orang di seluruh negeri yang ingin mendukung pembangunan, dengan foto halaman depan yang menunjukkan material dikirim ke pekerja konstruksi.

Sejak upacara peletakan batu pertama bulan lalu, Korea Utara telah berjanji untuk memenuhi target pembangunan, dengan pejabat senior mengunjungi lokasi konstruksi untuk mendorong pekerja.

Presiden Korea Utara Kim Jong Un menghadiri upacara peletakan batu pertama untuk Rumah Sakit Umum Pyongyang yang baru, pada kesempatan ulang tahun pendirian Partai Pekerja Korea ke-75, di Pyongyang, Korea Utara, 17 Maret 2020. KCNA/via REUTERS

Korea Utara telah mengambil beberapa tindakan paling drastis terhadap virus dan melakukannya lebih cepat daripada kebanyakan negara lain. Korut menutup perbatasannya pada akhir Januari, menutup bisnis dengan negara tetangga Cina, yang menyumbang sembilan per sepuluh dari perdagangan eksternal. Korut juga mengkarantina semua diplomat di Pyongyang selama satu bulan.

Tetapi beberapa dekade isolasi dan sanksi internasional telah merusak sistem kesehatan publik Korea Utara, meningkatkan kekhawatiran bahwa kekurangan pasokan medis untuk melawan wabah, yang banyak ketakutan telah terjadi.

"Anda dapat melihat dengan segera apa yang akan terjadi jika Anda mendapatkan lonjakan pasien COVID-19 yang masuk," kata Dr. Kee B. Park, seorang dosen di Harvard Medical School yang telah bekerja bersama dokter Korea Utara untuk membantu meningkatkan sistem kesehatan negara, dikutip dari New York Times. "Ini akan membanjiri sistem dengan sangat cepat."

Banyak pengamat Korea Utara meragukan klaimnya yang tidak memiliki kasus virus Corona. Tetapi kurangnya peralatan pengujian virus Corona mungkin berarti secara harfiah belum mendeteksi satu kasus pun virus Corona, kata Dr. Park.

"Itu karena mereka memiliki kasus tetapi mereka tidak tahu cara mendeteksinya," katanya. "Jadi mereka bisa mengatakan, 'Kami belum mengkonfirmasinya.'"

Beberapa menuduh Korea Utara menyembunyikan wabah untuk menjaga ketertiban.

"Itu kebohongan terang-terangan ketika mereka mengatakan mereka tidak memiliki kasus," kata Seo Jae-pyoung, sekretaris jenderal Association of North Korean Defectors yang berbasis di Seoul, yang mengatakan dia mendengar dari kontak Korutnya bahwa satu keluarga yang terdiri dari tiga dan satu pasangan lansia meninggal karena virus di kota pantai timur Chongjin pada pertengahan Maret.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, jelas menyadari ancaman virus terhadap sistem kesehatan negaranya yang sudah tua. Sekitar ketika Washington mengumumkan pada 13 Februari bahwa AS akan memungkinkan pengiriman kemanusiaan yang berkaitan dengan virus Corona, Korea Utara membuat permintaan langka untuk bantuan darurat dari kelompok-kelompok bantuan, termasuk peralatan diagnostik, menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut, menurut laporan New York Times.

Berita terkait

Presiden Jokowi Resmi Meluncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

3 jam lalu

Presiden Jokowi Resmi Meluncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Pendidikan Dokter Spesialis menjadi penting mengingat rasio dokter dibanding penduduk Indonesia sangat rendah, yakni 0,47 per 1.000 penduduk.

Baca Selengkapnya

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

1 hari lalu

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

2 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

3 hari lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

10 hari lalu

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

10 hari lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

10 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Kisah Kardinah, Adik RA Kartini yang Berjasa namun Dipersekusi di Tegal

16 hari lalu

Kisah Kardinah, Adik RA Kartini yang Berjasa namun Dipersekusi di Tegal

Meski dari kalangan bangsawan, keluarga Kartini ini kerap membantu masyarakat. Namun adik Kartini dipersekusi dan darak keliling kota hingga trauma.

Baca Selengkapnya

8 Amal Jariyah Sadio Mane untuk Desanya di Senegal, Dirikan Masjid hingga Bagi Makan Gratis Saat Ramadan

28 hari lalu

8 Amal Jariyah Sadio Mane untuk Desanya di Senegal, Dirikan Masjid hingga Bagi Makan Gratis Saat Ramadan

Sadio Mane bintang Al Nassr dikenal kedermawanannya untuk kampung halamannya, Bambali, Senegal. Berikut 8 amal jariyah Mane untuk kampungnya.

Baca Selengkapnya