Warga Minta Suaka ke Selandia Baru karena Perubahan Iklim

Selasa, 21 Januari 2020 15:00 WIB

Teitiota, warga negara Kiribati, meminta suaka perlindungan ke Selandia Baru karena perubahan iklim. Sumber: telegraph

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus Ioane Teitiota, laki-laki warga negara Kiribati, yang meminta perlindungan karena terkena dampak perubahan iklim, menjadi sorotan Komite HAM PBB. Teitiota mengajukan suaka perlindungan ke Selandia Baru setelah mengklaim hidupnya dalam bahaya di negaranya asalnya sendiri karena perubahan iklim.

Kiribati, negara asal Teitiota, berada di Pulau Pasifik yang berisiko menjadi negara pertama yang hilang akibat naiknya air laut.

Komite HAM PBB memutuskan menolak permintaan Teitiota dengan dasar bahwa hidupnya tidak dalam kondisi bahaya, namun Komite HAM PBB juga menggaris bawahi bahwa suatu negara melanggar hak internasional rakyat jika mereka memaksa rakyat itu kembali ke negara asal mereka padahal perubahan iklim menjadi ancaman langsung kehidupan mereka.

Dalam putusannya, Komite HAM PBB mengutip pasal 6 dan 7 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, yang menjamin hak individu untuk hidup.

Teitiota, warga negara Kiribati yang meminta suaka perlindungan ke Selandia Baru karena perubahan iklim. Sumber: abc.net.au

Advertising
Advertising

Pengungsi yang selamat dari dampak krisis iklim tidak boleh dipaksa pulang ke rumah oleh negara yang menampung mereka. Keputusan PBB itu sekaligus menyoroti nasib orang yang terkatung-katung di penjuru dunia karena banjir bandang dan dampak iklim lainnya.

“Tanpa upaya nasional dan internasional yang kuat, dampak perubahan iklim di negara-negara penerima dapat membuat seorang individu terampas hak-haknya,” demikian bunyi putusan Komite HAM PBB.

Putusan Komite HAM PBB itu mungkin tidak akan berdampak secara langsung pada suatu warga negara atau negara lain mengingat bahwa situasi buruk Kiribati dianggap masih belum memenuhi persyaratan hingga klaim Teitiota dikabulkan. Akan tetapi keputusan itu dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap klaim-laim berikutnya di kemudian hari karena jumlah orang yang terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka akibat perubahan iklim darurat, meningkat.

Kekeringan, gagal panen dan naiknya permukaan air laut diperkirakan akan memaksa puluhan juta orang pindah ke daerah lain di tahun-tahun mendatang. Sebuah studi pada 2018 oleh Bank Dunia menemukan 143 juta orang di hampir wilayah Asia Selatan, Afrika sub-Sahara dan Amerika Latin berisiko menjadi korban perubahan iklim.

"Mengingat bahwa risiko seluruh negara bisa terendam air adalah risiko yang sangat ekstrem. Kondisi hidup di negara seperti itu mungkin menjadi tidak sesuai dengan hak untuk hidup bermartabat sebelum risikonya direalisasikan," demikian bunyi putusan Komite HAM PBB.

Sebuah panel yang terdiri dari beberapa negara yang fokus menangani Perubahan Iklim mengidentifikasi Kiribati adalah satu dari enam negara di Kepulauan Pasifik yang paling terancam oleh kenaikan permukaan air laut. Laporan panel tersebut mengklaim erosi pantai dan pencemaran air tawar, bisa membuat Kiribati menjadi negara yang tidak dapat dihuni pada awal tahun 2050.

Kiribati adalah salah satu kelompok negara-negara di Kepulauan Pasifik yang mengkhawatirkan perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir, tetapi negara itu telah menghadapi perlawanan dari Australia yang secara geografi berada di dekatnya.

Galuh Kurnia Ramadhani | edition.cnn.com

Berita terkait

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

3 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

4 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

5 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

5 hari lalu

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

Komisaris Tinggi HAM PBB prihatin atas tindakan hukum membubarkan aksi pro-Palestina di sejumlah universitas di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

6 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

7 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Ketua HAM PBB 'Ngeri' dengan Laporan Kuburan Massal di Rumah Sakit Gaza

13 hari lalu

Ketua HAM PBB 'Ngeri' dengan Laporan Kuburan Massal di Rumah Sakit Gaza

Ketua HAM PBB Volker Turk mengatakan dia "ngeri" dengan hancurnya fasilitas medis Nasser dan Al Shifa di Gaza dan laporan adanya kuburan massal.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

14 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

17 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya