Kisah Tragis Peneliti Kanker Otak di Australia
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Jumat, 27 September 2019 18:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang ilmuwan peneliti kanker otak di Australia, Matt Dun, dihadapkan pada kenyataan anak perempuannya baru saja didiagnosa menderita kanker otak. Putri Dun yang bernama Josie, masih balita dan dia menderita jenis kanker otak yang jarang ditemukan obatnya, bahkan tidak dapat disembuhkan.
Dun adalah ahli biologi dari Universitas Newcastle yang berfokus pada penelitian kanker yang tumbuh cepat yang mempengaruhi anak-anak. Dun mengatakan putrinya itu tidak mempunyai waktu lama untuk tinggal di dunia ini.
“Dia tidak baik-baik saja. Dia akan tiba di akhir perjalanannya,” katanya.
Josie mengalami pontine glioma (DIPG) intrinsik difus, di mana kanker jenis ini sulit untuk dioperasi dan kebanyakan menyerang anak-anak. Penderita jenis kanker ini memiliki tingkat kelangsungan hidup yang hampir nol.
Dia mengatakan kepada media, terdapat 36 anak-anak di Australia yang meninggal akibat kanker otak setiap tahunnya. Dari jumlah itu, 20 di antaranya menderita kanker otak jenis DIPG.
“Sampai kita melakukan pekerjaan untuk benar-benar memahami biologi penyakit ini, anak-anak masih akan menghadapi prognosis yang suram, yaitu 300 hari dari diagnosa hingga meninggal.”
Dalam pidatonya di sebuah acara di kota Melbourne, Australia, pada Kamis, 26 September 2019, Dun menyoroti perlunya lebih banyak dana yang dikucurkan untuk penelitian kanker pediatrik. Menjawab seruan Dun, Menteri Kesehatan Federal, Greg Hunt, mengatakan bahwa pihaknya akan menyediakan AUD 5 juta atau sekitar Rp47 miliar untuk pendanaan dalam uji klinis kanker otak anak-anak.
MIRROR - MEIDYANA ADITAMA WINATA