Uni Eropa Desak Hong Kong Gelar Dialog, Turunkan Ketegangan

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Minggu, 18 Agustus 2019 11:35 WIB

Relawan memberikan pertolongan pertama kepada seorang pria yang terkena gas air mata saat polisi berusaha membubarkan demonstrasi pengunjuk rasa anti-RUU ekstradisi di Sham Shui Po, di Hong Kong, Cina, Rabu, 14 Agustus 2019. Aksi protes yang berkepanjangan telah menjerumuskan pusat keuangan Asia ke dalam krisis politik yang paling serius dalam beberapa dasawarsa terakhir. REUTERS/Tyrone Siu

TEMPO.CO, Brussels – Uni Eropa menyerukan digelarnya dialog inklusif melibatkan banyak pihak untuk meredakan ketegangan di Hong Kong.

Seruan ini keluar menyusul digelarnya unjuk rasa besar-besaran selama sepuluh pekan terakhir oleh warga Hong Kong, yang awalnya menolak amandemen legislasi ekstradisi.

Belakangan, demonstrasi massal yang kerap berakhir ricuh ini menuntut mundur Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, yang dituding pro-Beijing dan berada dibalik tindak kekerasan polisi kepada massa pengunjuk rasa.

“Menahan diri menjadi krusial untuk dilakukan, menolak tindak kekerasan, dan mendesak langkah-langkah diambil untuk de-eskalasi situasi,” kata Federica Mogherini, kepala diplomat Uni Eropa seperti dilansir Channel News Asia Sabtu, 17 Agustus 2019.

Mogherini mengatakan pemerintah Hong Kong perlu melibatkan berbagai pihak dan kelompok dalam diskusi nasional ini.

Advertising
Advertising

Dia menyoroti munculnya tindak kekerasan yang semakin sering terjadi saat unjuk rasa di Hong Kong. Dan ini menimbulkan gangguan stabilitas.

Unjuk rasa terus terjadi hampir setiap pekan selama beberapa hari di Hong Kong. Belakangan tuntutan melebar menjadi penerapan sistem demokrasi terkait kesepakatan satu negara dua sistem saat Inggris menyerahkan Hong Kong kembali ke Cina pada 1997.

Seperti dilansir Reuters, jutaan warga Hong Kong telah turun ke jalan sejak Juni 2019 saat terjadi pembahasan untuk pengesahan legislasi ekstradisi di Dewan Legislatif.

Amandemen ini membuka pintu otoritas Hong Kong mengekstradisi warganya ke Cina jika dianggap melakukan pelanggaran hukum di sana.

Cina dan Hong Kong menganut sistem satu negara dua sistem yaitu Hong Kong mengadopsi sistem Demokrasi dan Cina komunis.

Pembahasan proses amandemen ini sendiri telah dihentikan karena mendapat protes keras dari publik Hong Kong. Namun, warga meminta agar Kepala Eksekutif Carrie Lam mundur dari jabatannya karena dianggap pro-Beijing.

Lam juga dianggap bertanggung jawab mengerahkan polisi untuk meredam aksi unjuk rasa ini, yang kerap berakhir dengan bentrok fisik antara demonstran dan petugas. Polisi telah menahan sedikitnya 700 orang demonstran. Ratusan orang lainnya terluka ringan hingga berat.

Pada pekan lalu, demonstrasi di Bandara Internasional Hong Kong berlangsung selama lima hari. Unjuk rasa ini diwarnai berbagai bentrokan petugas dangan demonstran. Sekitar seribu penerbangan ditunda atau dibatalkan karena demonstran menutup akses ke terminal keberangkatan.

Berita terkait

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

2 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

2 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Dorong Penghiliran Industri Jagung, Uni Eropa Jajaki Peluang Investasi IKN

3 hari lalu

Terkini: Jokowi Dorong Penghiliran Industri Jagung, Uni Eropa Jajaki Peluang Investasi IKN

Terkini: Presiden Jokowi dorong penghiliran industri jagung, Uni Eropa jajaki peluang investasi di IKN.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

3 hari lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

3 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Cemas TikTok Lakukan Pelanggaran

5 hari lalu

Uni Eropa Cemas TikTok Lakukan Pelanggaran

Ursula von der Leyen mengakui TikTok telah menimbulkan ancaman, namun dia tidak menjelaskan lebih detail.

Baca Selengkapnya

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

6 hari lalu

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

Presiden Dewan Eropa mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan memberi dorongan bagi upaya Uni Eropa untuk menerima lebih banyak anggota.

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

9 hari lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

9 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

Gregoria Mariska Tunjung mengalahkan Yeng Sum Yee dalam 32 menit untuk memastikan satu poin bagi Indonesia lawan Hong Kong di Grup c Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

9 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya