Proyek Pelabuhan Belt and Road Cina Terkait Kepentingan Militer?

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 25 Juli 2019 18:01 WIB

Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka diserahkan pengelolaannya selama 99 tahun kepada perusahaan Cina. Newsin

TEMPO.CO, Washington - Program pembangunan infrastruktur global besutan pemerintah Cina yaitu Belt and Road Initiative menimbulkan kekhawatiran menjadi proyek global yang ditunggangi kepentingan politik dan militer.

Lembaga riset asal Amerika Serikat, C4ADS, mempertanyakan penjelasan pemerintah Cina bahwa proyek bernilai triliunan dolar dan melibatkan 71 negara di Asia, Eropa, dan Afrika ini semata untuk pembangunan ekonomi saja. Proyek BRI ini berdampak pada 65 persen populasi dunia.

“Riset ini menganalisis 15 proyek pelabuhan di Bangladesh, Sri Lanka, Kamboja, Australia, Oman, Malaysia, Bangladesh, Indonesia, Djibouti dan negara lain di kawasan Indo-Pasifik. Hasil riset ini menyimpulkan proyek-proyek ini tidak didorong oleh kesepakatan ekonomi saling menguntungkan bagi rakyat di negara penerima proyek seperti diklaim oleh Beijing,” begitu dilansir SCMP pada 18 April 2018.

C4ADS merupakan sebuah lembaga riset nirlaba yang memiliki spesialisasi dalam analisis data dan keamanan. Para penelitinya mengecek dokumen resmi kebijakan pemerintah Cina dan laporan tidak resmi dari analis yang fokus mengenai isu Cina.

Mengenai temuan ini, kementerian Luar Negeri Cina menolak temuan ini dengan mengatakan proyek BRI ini merupakan proyek pembangunan ekonomi. Tujuannya untuk mempromosikan pembangunan lewat infrastruktur.

Advertising
Advertising

Cina tidak memainkan permainan geopolitik,” begitu pernyataan kementerian.

Meski tidak ada dokumen resmi yang mengaitkan proyek ekonomi ini dengan kepentingan keamanan nasional Cina, para analis dari C4ADS mengatakan keduanya terkait.

“Banyak pengamat mengakui jaringan pusat maritim logistik di Indo-Pasifik termasuk pelabuhan berpotensi mengubah lanskap strategis wilayah. Beberapa pengamat mengatakan peran investasi infrastruktur dalam strategi besar Cina,” begitu laporan itu menyatakan.

Proyek BRI ini meliputi lokasi strategis seperti pintu masuk ke kawasan maritim bersengketa. Ini bisa dianggap sebagai upaya Beijing untuk mengamankan kepentingannya untuk suplai energi dan kemungkinan terjadinya blokade militer atau ekonomi.

Proyek pelabuhan ini memiliki dua fungsi yaitu sipil dan militer, serta adanya pengaruh Partai Komunis Cina lewat keterlibatan perusahaan BUMN dan kontrol lewat kepemilikan saham atau kontrak sewa jangka panjang. Selain itu, kesepakatan proyek ini tidak transparan dan tidak mencantumkan perkiraan profit yang diharapkan.

Seorang analis Peter Cai dari Lowy Institute di Australia mengaku skeptis adanya kepentingan militer Cina dalam pembangunan proyek pelabuhan ini.

Namun, dia mengakui pengaruh politik Cina akan semakin membesar di negara-negara yang terkoneksi dengannya.

“Hubungan ini akan membangun aktivitas ekonomi. Dan Anda tahu pengaruh ekonomi bisa dengan mudah menjadi pengaruh dan kekuatan politik,” kata Cai.

Salah satu contoh proyek kontroversial pelabuhan seperti ini terjadi di Sri Lanka. Pemerintah Sri Lanka meneken kerja sama 99 tahun penyewaan pelabuhan Hambantota, yang terletak di jalur sibuk Samudera India. Ini akan termasuk pembangunan kawasan perdagangan bebas, yang dikontrol perusahaan asal Cina.

Cina telah berhasil membangun keuntungan finansial atas Sri Lanka lewa investasi bernilai miliaran dolar ini. Level utang untuk pembangunan proyek ini membuat pemerintah Sri Lanka kesulitan mengalihkan negara dari pengaruh Cina,” begitu dilansir lembaga riset C4ADS.

Berita terkait

Rekap Hasil Thailand Open 2024: Tuan Rumah Juara Umum dengan 2 Gelar, Wakil Indonesia Jadi Runner-up

2 jam lalu

Rekap Hasil Thailand Open 2024: Tuan Rumah Juara Umum dengan 2 Gelar, Wakil Indonesia Jadi Runner-up

Tuan rumah jadi juara umum dengan dua gelar di Thailand Open 2024, tiga gelar lainnya diraih Cina, India, dan Malaysia.

Baca Selengkapnya

Ajudan Klaim Pembicaraan Vladimir Putin dan Xi Jinping Sangat Sukses

22 jam lalu

Ajudan Klaim Pembicaraan Vladimir Putin dan Xi Jinping Sangat Sukses

Seorang ajudan dari Pemerintah Rusia mengklaim Vladimir Putin dan Xi Jinping bertemu dalam "suasana hati yang sedang baik" di Beijing.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Ekonomi Indonesia Terlalu Bergantung pada Sumber Daya Alam

1 hari lalu

Ekonom Sebut Ekonomi Indonesia Terlalu Bergantung pada Sumber Daya Alam

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin kondisi ekonomi Indonesia dalam masalah karena terlalu tergantung pada sumber daya alam.

Baca Selengkapnya

Tentara Israel dan Hamas Baku Tembak di Jabalia

1 hari lalu

Tentara Israel dan Hamas Baku Tembak di Jabalia

Tentara Israel baku tembak dengan anggota Hamas di gang-gang sempit di Jabalia pada Jumat, 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

1 hari lalu

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

Dari total sumbangan dana USD2.7 miliar (Rp43 triliun) yang dibutuhkan, baru 12 persen yang diterima OCHA untuk mengatasi kelaparan di Sudan.

Baca Selengkapnya

Grab Indonesia Sebut Ekonomi Nasional Beri Harapan bagi Pelaku Industri

3 hari lalu

Grab Indonesia Sebut Ekonomi Nasional Beri Harapan bagi Pelaku Industri

Grab Indonesia sebut ekonomi nasional memberi harapan bagi para pelaku usaha untuk bisa terus menjaga daya saing produk atau layanan

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

3 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ini Peserta BPJS Kesehatan yang Tak Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Airlangga soal Target Prabowo Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

3 hari lalu

Terkini: Ini Peserta BPJS Kesehatan yang Tak Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Airlangga soal Target Prabowo Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan mulai tahun depan menjadi sistem Kelas Rawat Inap Standar (KRIS).

Baca Selengkapnya

Orang Tua 900 Tentara Israel Desak Menhan Hentikan Serangan ke Rafah: Ini Jebakan Maut!

3 hari lalu

Orang Tua 900 Tentara Israel Desak Menhan Hentikan Serangan ke Rafah: Ini Jebakan Maut!

Orang tua dari lebih 900 tentara Israel yang bertugas di Gaza telah menulis surat yang mendesak militer Israel untuk membatalkan serangan di Rafah

Baca Selengkapnya

Prabowo Klaim Tak Bakal Pimpin Negara dengan Gaya Militer: Itu Tidak Relevan

3 hari lalu

Prabowo Klaim Tak Bakal Pimpin Negara dengan Gaya Militer: Itu Tidak Relevan

Prabowo mengatakan, pengalamannya di militer tak akan memengaruhi kebijakan di pemerintahan yang bakal dia pimpin.

Baca Selengkapnya