Ribuan Warga Jepang Teken Petisi Tolak High Heels di Kantor

Kamis, 6 Juni 2019 08:21 WIB

high heels (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 19 ribu orang telah menandatangani petisi menuntut perusahaan menghapus peraturan yang mewajibkan karyawan perempuan mengenakan sepatu dengan hak tinggi atau high heels.

Artis Jepang Yumi Ishikawa membuat petisi online menolak untuk mengenakan sepatu high heels di tempat kerja dengan hastag #Kutoo dan mendapat dukungan ribuan orang. Kutoo merupakan kombinasi dua kata Jeang yang artinya sepatu (kutsu) dan sakit (kutsuu).

Baca juga: Jika Anda Berhenti Pakai High Heels, Ini yang Terjadi

"Saya berharap untuk menyingkirkan kebiasaan bahwa suatu hari nanti perempuan harus mengenakan sepatu hak ke tempat kerja," tulis Ishikawa melalui Twitter, seperti dikutip dari Business Insider, Selasa, 4 Juni 2019.

Perempuan-perempuan Jepang kemudian menceritakan pengalaman mereka tidak nyaman mengenakan sepatu high heels saat bekerja.

Advertising
Advertising

Ishikawa mengundurkan diri dari tempat kerja setelah dipaksa mengenakan sepatu high hells selama 8 jam bekerja. Dia juga kemudian mengajukan keberatan itu kepada kementerian perburuhan pekan ini.

Baca juga: Gara-gara Petisi Ini, Aturan Bersepatu High Heels Dihapus

"Bahkan perempuan tidak menyadari mereka membuat risiko untuk dirinya sendiri, karena gaya ini telah mengakar dalam budaya kerja. Kita harus membuat situasi ini lebih serius," kata Ishikawa.

Seorang pejabat di divisi kesempatan kerja Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang mengatakan kepada CNN bahwa pihaknya tidak berencana mengubah peraturan tentang aturan karyawan berpakaian di kantor. Menurut pejabat itu, karyawan pria juga terkena dampak karena sering diminta untuk memakai dasi dan sepatu kulit.

Baca juga: 4 Fakta High Heels, Awalnya untuk Memperkuat Pergelangan Kaki

Namun menurut wakil peneliti senior di Institut Jepang untuk Kebijakan Perburuhan dan Pelatihan, Shino Naito mengatakan, persyaratan untuk mengenakan high heels dapat dipandang sebagai pelecehan gender. Undang-undang Jepang tidak memiliki defnisi jelas tentang istilah itu.

"Mengharapkan atau memaksakan standar feminin di tempat kerja merupakan masalah di sini," kata Naito.

Isu tentang menolak untuk mengenakan sepatu high heels tidak terjadi di Jepang saja, tapi juga di beberapa negara termasuk Filipina, Inggris, dan British Columbia di Kanada.

Berita terkait

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

1 jam lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

8 jam lalu

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

Masyarakat perlu mendukung perempuan dalam mengejar kesempatan dan kesuksesan di berbagai bidang, termasuk di menjadi pemandu wisata perempuan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

21 jam lalu

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, bekerjasama dengan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) untuk meningkatkan edukasi politik bagi perempuan.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Gedung Putih Sebut Tel Aviv Siap-siap Serang Rafah

1 hari lalu

Top 3 Dunia; Gedung Putih Sebut Tel Aviv Siap-siap Serang Rafah

Top 3 dunia, di urutan pertama berita tentang Pemerintah Israel yang bersikukuh akan menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

2 hari lalu

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

Festival Hakata Dontaku adalah festival kesenian dan budaya terbesar di Fukuoka Jepang. Indonesia menampilkan angklung, tari Bali, dan tari Saman

Baca Selengkapnya

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

2 hari lalu

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU)

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

2 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

3 hari lalu

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

Mulai dari lokasi pembangunannya di pulau buatan sampai ancaman tenggelam, simak informasi menarik tentang Bandara Internasional Kansai Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

3 hari lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya