Jadi Negara Paling Bahagia, Seperti Apa Pendidikan di Finlandia?
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Minggu, 7 April 2019 12:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Finlandia menjadi negara paling bahagia di dunia untuk dua tahun berturut-turut dan sistem pendidikan Finlandia dikenal sebagai yang paling sukses di dunia.
Negara Nordik dengan populasi 5,5 juta jiwa ini, menjadi yang teratas dalam World Happiness Report oleh PBB pada 2018 dan 2019, sejak laporan pertama kali dirilis pada 2012.
Meskipun Finlandia dikenal sebagai negara dengan tempat dengan cuaca ekstrem dan dingin, namun warga Finlandia memiliki tingkat kriminalitas paling rendah, jaminan anak-anak, jaminan kesehatan penuh yang disubsidi negara, dan yang terpenting adalah pendidikan gratis.
Baca: World Happiness Report Rilis Daftar Negara Paling Bahagia Dunia
Lalu bagaimana sistem pendidikan di negara paling bahagia di dunia ini?
Menurut laporan CNN, 7 April 2019, ternyata pendidikan wajib Finlandia terbilang cukup telat dibanding negara-negara lain, yakni dimulai pada usia tujuh tahun.
Dibanding dengan Inggris yang mulai sekolah pada usia lima tahun, dan AS pada usia enam tahun.
Selain itu, sistem pendidikan Finlandia tidak memberlakukan tes uji standar. Siswa Finlandia diperkenankan bebas menjelajahi kemampuan diri daripada bersaing, di dalam lingkungan yang lebih ramah dan mendukung. Menurut pakar pendidikan ini berdampak positif untuk jangka waktu yang lama.
John Helliwell adalah salah satu editor penyusun laporan World Happiness Report.
Menurut Helliwell, anak-anak Finlandia menempati peringkat pertama ranking pendidikan OECD's PISA dan akhirnya mendapat perhatian internasional.
"Hal yang sama kini terjadi pada kebahagiaan, dengan menghargai kehidupan seluruhnya," katanya.
Helliwell mengatakan pendidik top Finlandia telah memastikan bahwa sistem bergerak melampaui pencapaian nilai tes untuk pengembangan anak-anak dan orang dewasa yang bahagia dan disesuaikan dengan baik.
Baca: Finlandia Negara Paling Bahagia di Dunia, Apa Penyebabnya?
Menurut Smithsonian Magazine, transformasi sistem pendidikan Finlandia sudah dimulai sejak 50 tahun lalu. Para pendidik tidak menyangka kesuksesan sistem pendidikan Finlandia sampai tahun 2000, ketika hasil laporan pertama Programme for International Student Assessment (PISA), sebuah tes standar yang diberikan kepada anak-anak berusia 15 tahun di lebih dari 40 tempat pendidikan global, mengungkapkan pemuda-pemudi Finlandia sebagai pembaca muda terbaik di dunia. Tiga tahun kemudian mereka memimpin bidang matematika.
Pada 2006, Finlandia menjadi peringkat pertama di bidang sains. Pada 2009, skor PISA dirilis yang menunjukkan Finlandia berada di urutan kedua sains, peringkat ketiga dalam membaca dan keenam di matematika di antara setengah juta pelajar di seluruh dunia.
Sistem pendidikan Finlandia menawarkan kebebasan individu. Tidak ada ujian standar sampai SMA, tidak ada sistem ranking, tidak ada persaingan antarsiswa, sekolah, atau persaingan peringkat antarwilayah. Sekolah-sekolah Finlandia dibayar oleh publik dan pemerintah. Sekolah dijalankan oleh lembaga pemerintah, pengajar, atau pejabat nasional dan lokal, bukan oleh pengusaha, pemimpin militer atau politisi.
Setiap sekolah memiliki porsi yang sama untuk pendidik dari universitas tanpa memandang daerah kota maupun pedalaman. Ini menghasilkan anak-anak Finlandia di pedalaman maupun di kota mendapat kualitas pendidikan yang sama. Pemerataan adalah hal yang paling penting dalam sistem pendidikan Finlandia dan ini diiyakan oleh semua politisi segala kubu.
Guru-guru Finlandia menghabiskan waktu lebih sedikit di sekolah dan ruang kelas dibanding guru-guru Amerika. Guru lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyusun kurikulum dan menilai perkembangan siswanya.
Anak-anak pada usia dini menghabiskan waktu bermain lebih banyak di luar, bahkan ketika musim dingin. Pekerjaan rumah seminimal mungkin.
Hampir tidak pernah terdengar seorang anak kelaparan atau terlantar. Finlandia memberikan cuti hamil selama tiga tahun dan penitipan anak bersubsidi kepada orang tua, dan pra-sekolah untuk semua anak berusia 5 tahun, di mana penekanannya adalah bermain dan bersosialisasi.
Selain itu, negara mensubsidi orang tua, membayar mereka sekitar 150 euro per bulan untuk setiap anak sampai ia berusia 17 tahun.
97 persen anak usia 6 tahun bersekolah di sekolah umum, di mana anak-anak memulai beberapa akademisi. Sekolah menyediakan makanan, perawatan medis, konseling dan layanan taksi jika diperlukan. Perawatan kesehatan pelajar juga gratis.
Bisakah Diterapkan di Negara Lain?
<!--more-->
Salah satu sekolah kewirausahaan Finlandia sekarang bercabang di luar negeri, mengekspor pelajarannya secara global dalam upaya untuk menyebarkan, dan menjual kebahagiaan melalui sistem pendidikan Finlandia.
Sistem ujian, kompetisi dan peringkat semuanya dijauhi oleh Helsinki International Schools (HEI). HEI School telah membuka cabang di Cina, Australia dan Korea Selatan, yang bertujuan untuk membuat pendidikan anak usia dini berkualitas tinggi, dapat diakses oleh sebanyak mungkin anak-anak.
Dikatakan konsepnya telah terbukti sangat sukses sehingga enam cabang tambahan telah dibuka sejak yang pertama di kota Mongolia Dalam Baotou pada tahun 2017, melayani 300 anak berusia tiga hingga enam tahun. Saat ini sedang merencanakan cabang baru di Argentina, Arab Saudi dan Kuwait.
"Kami segera menyadari bahwa jika kami dapat membuat model ini bekerja di Mongolia Dalam, itu mungkin akan bekerja di mana saja," kata Milla Kokko, CEO dan pendiri HEI Schools.
Baca: Kurangi Kemiskinan, Finlandia Gaji Pengangguran
HEI School merekrut, melatih dan bekerja dengan mitra lokal untuk membuat dan menjalankan pra-sekolah yang mencerminkan model Finlandia, juga menggunakan desainer dan arsitek Finlandia untuk membangun ruang yang menginspirasi.
"Kami mulai dengan membangun paket yang sangat holistik ini yang dapat dioperasikan oleh orang-orang di luar Finlandia. Jika model ini hanya berpangku pada guru Finlandia, maka kami akan kehabisan guru," gurai Kokko.
Kokko mengatakan bahwa penelitian menunjukkan anak-anak belajar paling efektif ketika mereka antusias dengan subjek tertentu.
"Tetapi sangat sulit di lingkungan kompetitif untuk mengatakan 'santai saja dan biarkan anak-anak menemukan minat mereka sendiri'," tambahnya.
"Saya akan mengatakan bahwa Finlandia bukan masyarakat yang sangat kompetitif sehingga lebih mudah untuk mengimplementasikan ini. Ketika Anda memiliki budaya untuk mencobanya, Anda melihat bahwa itu berhasil, tetapi memiliki budaya persaingan dan model berbasis peringkat membuatnya lebih sulit."
Helliwell setuju dengan pendapat ini.
"Pendidikan di Finlandia tidak selalu kelas satu; ada banyak reformasi penting yang diperkenalkan beberapa dekade lalu, sesuatu yang mereka hitung untuk menunjukkan bahwa pendidikan yang baik bukanlah budaya atau khusus bangsa, tetapi dapat dikembangkan di mana saja. Menjadi orang Finlandia, dan pandai berbagi (hal lain yang dapat ditiru dan dipelajari), mereka responsif terhadap minat luar, dan bersedia membantu orang lain untuk meningkatkan sistem pendidikan mereka," kata Helliwell.
Tidak seperti di Finlandia, sekolah 'satelit' yang diekspor ini tidak gratis. Manajer Komunikasi Pemasaran HEI School Pamela Lewis mengatakan, operator nasional memutuskan biaya mereka sendiri tetapi biasanya sesuai dengan biaya kelompok kelas menengah di negara setempat.
Salah satu negara dengan budaya pendidikan yang sangat bertentangan dengan Finlandia adalah Korea Selatan, di mana penekanan ditempatkan pada prestasi akademik.
Seolmi Lee, orang tua di sebuah sekolah HEI di Seoul, mengatakan dia datang untuk mencari model alternatif setelah mengambil jurusan pendidikan anak usia dini.
"Pendidikan Korea Selatan terjebak dalam sistem tradisional di mana anak-anak beroperasi dalam kerangka kerja dengan jawaban tetap," kata Lee.
Lee terkesan dengan pendidikan Finlandia di mana anak-anak bebas mengambil inisiatif untuk memutuskan aktivitas yang mereka ingin lakukan, menemukan jawaban sambil bermain dan menyelesaikan sesuatu tanpa kerangka waktu.
Baca: Pendidikan Mengubah Wajah Finlandia
"Saya ingin mengajar anak saya bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang dia harus buat sendiri, daripada seseorang yang membuatkan untuknya," kata Lee.
Dengan kata lain, anak-anak Finlandia memperoleh prestasi dan kepercayaan diri yang besar melalui kebebasan bahkan sejak usia dini melalui sistem pendidikan Finlandia, yang pada akhirnya mengarah pada kebahagiaan hidup orang-orang Finlandia.