Kisah Aktivis Uighur 13 Tahun Tak Pulang ke Cina

Kamis, 7 Februari 2019 17:22 WIB

Rushan Abbas, aktivis pembela hak-hak muslim Uighur di Cina. Sumber: Tom Brenner/The New York Times

TEMPO.CO, Jakarta - Rushan Abbas, aktivis Muslim Uighur, sudah hampir 18 tahun tak pulang kampung ke Cina. Dia terakhir kali mengunjungi kota Xinjiang pada 2005 bersama dua anaknya ketika menghadiri upacara pemakaman ibu mertuanya.

"Saya tak pernah kembali lagi ke sana semenjak itu," kata Abbas, Selasa, 5 Februari 2019.

Abbas sejak 1995 telah mengganti kewarganegaraan menjadi Amerika Serikat. Dia mengaku masih takut untuk pulang ke Cina karena pemerintahan Partai Komunis Cina dinilainya tak menaruh hormat pada hukum internasional dan martabat manusia.

Baca: Kata MUI soal Dugaan Pelanggaran HAM Muslim Uighur

"Apa yang terjadi hari ini pada etnis Uyghur, bukan hanya tentang pelanggaran HAM yang sistematis. Akan tetapi ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban. Ini tentang integritas, nilai-nilai dan kedaulatan," kata Abbas kepada Tempo.

Advertising
Advertising

Tindak kekerasan yang dialami etnis Muslim Uighur di Xinjiang, Cina adalah bencana yang mengerikan yang seharusnya tidak terjadi di abad ke-21 ini.

Baca: Dugaan Pelanggaran HAM Etnis Uighurs, Cina Siap Melawan Sanksi

Abbas menceritakan sekarang ini tidak ada praktik agama Islam di Xinjiang. Segala jenis pendidikan dasar agama diperlakukan sebagai "ekstremisme" karena Beijing memperlakukan agama sebagai penyakit mental. Namun, Islam dan agama apa pun adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan. Dengan begitu, meski tidak ada praktik agama Islam di Xinjiang, tetapi Islam akan tetap hidup di hati para pemeluknya.

Sebelumnya pada November 2018, Beijing mengatakan tidak akan tinggal diam jika Amerika Serikat menjatuhkan sanksi yang menyasar pejabat tinggi Negara Tirai Bambu itu terkait tuduhan pelanggaran HAM di wilayah Xinjiang. Duta Besar Cina untuk Amerika Serikat, Cui Tiankai, mengatakan segala kebijakan Beijing di Xinjiang ditujukan untuk mengedukasi para terduga teroris.

Cui mengatakan tindakan Beijing di Xinjiang adalah upaya memberantas terorisme internasional yang menggunakan sebuah propaganda. Ini sama hal dengan Amerika Serikat memberantas kelompok Islamic State atau ISIS di Irak dan Suriah.

Beijing menghadapi kritikan dari sejumlah aktivis, akademisi dan pemerintah asing serta para ahli di PBB terkait penahanan massal pada penduduk etnis Uighur di Xinjiang. Uighur adalah kelompok minoritas di Cina dan sebagian besar beragama Islam.

Berita terkait

Rekap Hasil Thailand Open 2024: Tuan Rumah Juara Umum dengan 2 Gelar, Wakil Indonesia Jadi Runner-up

5 jam lalu

Rekap Hasil Thailand Open 2024: Tuan Rumah Juara Umum dengan 2 Gelar, Wakil Indonesia Jadi Runner-up

Tuan rumah jadi juara umum dengan dua gelar di Thailand Open 2024, tiga gelar lainnya diraih Cina, India, dan Malaysia.

Baca Selengkapnya

Ajudan Klaim Pembicaraan Vladimir Putin dan Xi Jinping Sangat Sukses

1 hari lalu

Ajudan Klaim Pembicaraan Vladimir Putin dan Xi Jinping Sangat Sukses

Seorang ajudan dari Pemerintah Rusia mengklaim Vladimir Putin dan Xi Jinping bertemu dalam "suasana hati yang sedang baik" di Beijing.

Baca Selengkapnya

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

2 hari lalu

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

26 perusahaan kapas asal Cina tak bisa melakukam impor ke Amerika Serikat karena diduga melakukan kerja paksa ke minoritas warga Uighur.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

3 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

3 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

4 hari lalu

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

Cina menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, namun Taiwan bersikeras pihaknya sudah memiliki pemerintahan independen sejak 1949.

Baca Selengkapnya

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

4 hari lalu

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

Biden memutuskan menaikkan tarif impor produk Cina termasuk mobil listrik dan baterainya.

Baca Selengkapnya

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

4 hari lalu

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

Hubungan ekonomi Cina-Indonesia disebut mencapai masa keemasan di era Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

AS Batasi Izin Ekspor Teknologi untuk Cina, Qualcomm dan Intel Tak Bisa Pasok Chip ke Huawei

5 hari lalu

AS Batasi Izin Ekspor Teknologi untuk Cina, Qualcomm dan Intel Tak Bisa Pasok Chip ke Huawei

AS membatasi izin ekspor teknologi untuk Cina. Qualcomm dan Intel tak lagi bisa memasok produknya ke perusahaan seperti Huawei.

Baca Selengkapnya

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

5 hari lalu

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

Perlambatan perekonomian di Cina memberi dampak ke Indonesia. Sebab sasaran pasar terbesar untuk kegiatan ekspor komoditas alam berada di Cina

Baca Selengkapnya