Seraya menyebut pertemuan tersebut sebagai “diskusi yang sangat baik” PM Blair mengatakan, “Terlalu banyak rakyat Palestina dan Israel yang tidak berdosa tewas dalam beberapa tahun dan bulan terakhir.” Blair menolak anggapan bahwa dirinya ingin memberikan perhatian kepada nasib kemajuan proses perdamaian di Timur Tengah karena dia ingin memperkuat koalisi melawan terorisme di Afganistan. “Persoalan ini sendiri sangat penting, tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi pada 11 September lalu,” kata dia.
Blair menekankan bahwa pertemuan itu merupakan pertemuannya yang kesebelas kalinya sebagai PM Inggris dengan Arafat, dan berbicara “penuh ikatan” dengan proses perdamaian yang diberikan oleh bangsa Inggris, AS, dan bangsa-bangsa lainnya berbulan-bulan sebelum serangan teroris tersebut. Dalam kunjungannya yang menyebabkan pihak Israel marah besar dan menuduhnya hanya sebagai upaya ‘mencari muka’ dari AS dan negara-negara Barat ini, Arafat juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri, Jack Straw, dan Uskup (archbishop) Canterbury, Dr George Carey, pada Minggu.
Peraih nobel perdamaian pada tahun 1994 ini dijadwalkan juga akan mengadakan pembicaraan dengan pemimpin Partai Liberal Demokrat, Charles Kennedy. Sementara pemerintah Israel tidak mempercayai Arafat berperan dalam kampanye melawan terorisme, Menteri luar negeri Inggris Jack Straw menyatakan kesadarannya bahwa Palestina harus menjadi bagian dari jalan menuju perdamaian di Timur Tengah dan pengurangan ketegangan secara umum di dunia. (BBC/Wuragil-Tempo News Room)