Aktivis HAM AS: IniTestimoni Sona Rohingya Korban Militer Myanmar

Reporter

Budi Riza

Editor

Budi Riza

Selasa, 24 Oktober 2017 10:58 WIB

Ratu Yordania, Rania duduk bersama anak-anak Muslim Rohingya yang mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh, dalam kunjungannya di kamp pengungsi di Bangladesh, 23 Oktober 2017. AP Photo

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis pembela Hak Asasi Manusia Senior Legislative Counsel dari American Civil Liberties Union, Joanne Lin, mengumpulkan sejumlah testimoni dari warga minoritas Rohingya korban serangan militer Myanmar.

Serangan militer ini dilakukan secara langsung ke rumah warga desa etnis Rohingya di negara bagian Rakhine pada Agustus 2017.

Baca: Paus Desak Myanmar Hentikan Kekerasan terhadap Rohingya

Lin menuliskan pandangan tentang ini dalam artikel di media USA Today berjudul "Halting Myanmar ethnic cleansing: 5 critical steps". "Kita sekarang tahu siapa pelakunya dan bagaimana menghentikannya," kata Lin, Ahad, 22 Oktober 2017, waktu setempat.

Baca: Bantuan Indonesia untuk Rohingya Tiba di Bangladesh

Min Aung Hlaing dan Aung Suu Kyi. REUTERS
Advertising
Advertising

Berikut kisah penderitaan warga Rohingya yang berhasil diungkap Lin:

Sona Mia dan keluarganya tidak punya pilihan lain ketika tentara Myanmar membakar desanya pada akhir Agustus. Pria berusia 77 tahun ini berada di rumah di desa Koe Tan Kauk ketika penembakan bermula.

Sebagian tentara secara membabi buta membalas serangan melawan orang Rohingya, yang secara timpang sudah tersakiti karena serangan tentara selama ini. Keluarga ini harus melarikan diri dari bahaya akibat kerusuhan namun Rayna, anak gadisnya yang menyandang disabilitas, harus ditinggal sementara. Rayna digendong anak laki-laki Mia, dan ditempatkan di rumah kosong tak berpenghuni dan berjanji akan kembali lagi ketika situasi sudah membaik.

“Setelah sampai di bukit, kami menemukan rumah di mana kami meninggalkannya,” ujar Mia pada peneliti Amnesty International di perbatasan Bangladesh. Mereka menyaksikan para tentara secara sistemik membakar semua rumah di desa. “Kami juga melihat rumah yang ditinggali Rayna dibakar.”

Tumpukan puing-puing rumah warga Rohingya yang telah terbakar di sebuah desa di Maungdaw di utara negara bagian Rakhine di Myanmar, 12 September 2017. Militer Myanmar membakar desa-desa etnis Rohingya di Rakhine, setelah gerilyawan Rohingya menyerang pos-pos polisi yang menewaskan 12 petugas pada 25 Agustus 2017. REUTERS/Stringer

Setelah militer meninggalkan desa, anak-anak Mia turun ke bawah dan menemukan mayat Rayna terbakar di reruntuhan rumah yang hangus.

Keluarga Mia pergi bersama lebih dari 530.000 warga minoritas Rohingya, yang melarikan diri dari tentara Myanmar, ke Myanmar. Pasukan Myanmar ini melakukan kampanye pembumihangusan hanya dalam beberapa pekan. Jumlah itu dibandingkan dengan keseluruhan populasi kota Tucson atau Atlanta yang bekerja demi kehidupan mereka.

Selain pembunuhan massal dan penghancuran desa, militer juga secara sistematis memperkosa dan menyiksa mereka yang berusaha kabur. Seorang wanita bercerita bagaimana ia melihat banyak teman-teman sedesanya dibunuh, diperkosa tentara dan ditinggalkan di gubug yang terbakar hingga mati. Termasuk tiga anaknya yang dipukuli hingga mati.

Dalam analisa kami yang mendalam mengenai krisis Rohingya, Amnesty International telah mengidentifikasi untuk pertama kalinya, unit spesifik militer bertanggung jawab atas perlakuan kekerasan ini, yang secara jelas menunjukkan kekerasan itu bertentangan dengan kemanusiaan.

Belasan saksi mata warga Rohingya, yang menjadi korban tindak kekerasan militer Myanmar, menunjuk keterlibatan sejumlah unit militer dan polisi yaitu Komando Barat Angkatan Darat, Divisi Infantry Ringan 33 dan Polisi Penjaga Perbatasan sebagai pelakunya penyerangan desa dan warga desa etnis minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine.

USA TODAY | AL HANAAN

Berita terkait

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

10 jam lalu

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

5 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

6 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

11 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

13 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

13 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

15 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

16 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

17 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

18 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya