TEMPO.CO, New York - Arab Saudi bersedia memulihkan hubungan diplomatiknya dengan Iran dengan syarat negara tersebut berhenti campur tangan dalam urusan negara lain dan mengakui usaha Riyadh yang bekerja keras untuk perdamaian di Suriah dan Yaman.
BACA: Eksekusi Ulama Syiah, Iran Tuding Saudi Lakukan Kejahatan
Ahad, 3 Januari 2016, Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik, ekonomi, dan melarang rakyatnya ke Iran setelah kedutaannya di Teheran dan konsulatnya di Mashhad diserbu dan digeledah massa yang memprotes pelaksanaan hukuman mati ulama terkenal Syiah, Nimr al-Nimr, atas tuduhan kekerasan pada Sabtu lalu.
Duta Arab Saudi untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Abdallah al-Mouallimi yang ditanya hal yang dapat membuat hubungan itu pulih mengatakan, “Sangat mudah, Iran harus mundur dari campur tangan dalam urusan negara lain, termasuk negara kami.”
BACA: Bahrain, Sudan, dan UEA Bersekutu dengan Saudi Lawan Iran
"Jika Iran melakukannya, kami akan melanjutkan hubungan dengan Iran. Kami (Arab Saudi) bukan musuh alami Iran," ucap Al-Mouallimi, seperti dilansir Reuters pada Selasa, 5 Januari 2015.
Semalam, Bahrain dan Sudan juga mengikuti langkah Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir menuturkan negaranya juga akan memberhentikan jalur udara serta hubungan bisnis di antara kedua negara.
BACA: Eksekusi Mati Ulama Syiah, Saudi Putus Hubungan Diplomatik dengan Iran
Pelaksanaan hukuman mati terhadap Nimr al-Nimr dan 46 pengikutnya memicu demonstrasi besar-besaran pengikut Syiah di banyak negara, termasuk Iran, Irak, dan India.
REUTERS | YON DEMA
BERITA MENARIK
Dua Mahasiswi Cantik Bikin Heboh, Jual Diri di Jalanan
Ketua BEM Di-DO, Petisi: Rektor UNJ Sewenang-wenang