TEMPO.CO, Bangui – Dalam kunjungannya ke Republik Afrika Tengah, Senin (30/11), Paus Fransiskus mengatakan, “umat Kristen dan Islam adalah saudara".
Pernyataan ini dilontarkan Paus asal Argentina tersebut saat berbicara di hadapan warga Muslim di negara itu yang mencari tempat perlindungan di ibu kota Afrika Tengah, Bangui, menyusul konflik antara warga Kriten dan Muslim yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun.
Warga Muslim yang merupakan minoritas di negara itu memang menjadi korban dalam konflik bernuansa SARA tersebut, dan Paus Fransiskus menyerukan perdamaian dengan cara mengunjungi masjid terbesar di Bangui.
Paus Fransiskus disambut oleh Imam Masjid Bangui, Tidiano Moussa Naibi, dan ia menyalami bocah-bocah Muslim yang menghadiri acara tersebut. Sang Paus kemudian berpidato dalam bahasa Latin yang diterjemahkan ke dalam bahasa Sango yang dipakai di negara itu.
Lebih dari 100 ribu warga Muslim terpaksa meninggalkan Bangui lantaran konflik tersebut. Namun masih ada sekitar 15 ribu umat Islam lainnya yang bertahan di sebuah wilayah di kota itu yang oleh Kelompok Hak Asasi Manusia disebut “PK5”.
Baca Juga:
Imam Masjid Bangui, Tidiano Moussa Naibi, mengucapkan terima kasih kepada sang Paus atas kunjungannya, dan ia menyebut kunjungan tersebut sebagai sebuah simbol perdamaian yang bisa dimengerti semua pihak di Afrika Tengah.
Sehari sebelumnya, Paus Fransiskus meminta agar semua pihak yang bertikai di Afrika Tengah meletakkan senjata mereka.
Dalam Misa terakhir yang digelar di Bangui, Paus Fransiskus menyampaikan bahwa semua pihak yang bertikai seharusnya “mempersenjatai” diri dengan “keadilan, cinta, maaf, dan kedamaian".
Sekitar separuh dari total warga Afrika Selatan adalah umat Kristen, sedangkan 15 persen lainnya beragama Islam.
Perjalanan ke Afrika Tengah merupakan kunjungan pertama Paus Fransiskus ke sebuah wilayah konflik sekaligus persinggahan terakhirnya dalam tur ke tiga negara di Afrika setelah sebelumnya ia juga berkunjung ke Kenya dan Uganda.
BBC | A. RIJAL