TEMPO.CO, Moskow - Perang kata-kata panas antara Rusia dengan Turki terus berlanjut setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Ankara menembak jatuh salah satu jet tempurnya di perbatasan Suriah pekan lalu, 24 November 2015, demi melindungi suplai minyak dari ISIS ke Turki.
"Kami memiliki alasan untuk berpikir bahwa keputusan menembak jatuh pesawat kami adalah didikte oleh keinginan melindungi suplai minyak ke wilayah Turki, tempat berlabuhnya kapal minyak," kata Putin dalam acara jumpa pers di tengah acara konferensi perubahan iklim di dekat Paris, Selasa 1 Desember 2015.
"Kami telah menerima banyak informasi yang menegaskan bahwa minyak ini diproduksi di kawasan yang dikuasai oleh ISIS dan organisasi teroris lainnya selanjutnya dikirimkan ke kawasan industri di Turki."
Setelah jet pengebom Su-24 Rusia ditembak jatuh di perbatasan Suriah, 24 November 2015, pekan lalu, Putin menuding warga Turki berkomplot dengan kelompok teroris seraya menyatakan minyak dari wilayah ISIS telah diekspor melalui Turki.
"Keuntungan dari penjualan minyak ini menjadi sumber utama pemasukan ISIS, sebuah organisasi bersenjata yang menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak," ucap Putin.
Baca Juga:
Menanggapi tudingan ini, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa dia siap mengundurkan diri jika tudingan Rusia itu terbukti benar.
"Saya ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting di sini, jika tuduhan Rusia itu terbukti maka bagi bangsa kami, saya tidak boleh menjabat sebagai presiden," kata Erdogan sebagaimana dikutip kantor berita pemerintah, Anatolia. Pernyataan Erdogan itu disampaikan kepada wartawan di sela pertemuan perubahan iklim tidak jauh dari Paris yang juga dihadiri oleh Putin.
Mengenai sikap Putin yang menolak bertemu dengan pemimpin Turki setelah penembakan pesawat militer Rusia, Erdogan berujar, "Dan saya katakan kepada Putin, akankan Anda tetap menjabat? Saya mengatakan ini dengan jelas."
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN