Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Karena Buku Ini Arab Saudi Hukum Mati Pengungsi Palestina  

image-gnews
Ilustrasi hukuman mati.huffingtonpost.com
Ilustrasi hukuman mati.huffingtonpost.com
Iklan

TEMPO.CO, Riyadh - Malang nian hidup Ashraf Fayadh, 35 tahun. Pria kelahiran Arab Saudi berstatus pengungsi Palestina ini ditangkap polisi yang bekerja di Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Arab Saudi atas laporan seorang pria yang bersengketa dengannya. Ia terancam dihukum penggal kepala. Pasalnya, pria yang melaporkannya menyebut Fayadh membuat komentar cabul tentang Tuhan, Nabi Muhammad, dan negara Arab di bukunya.

Dokumen pengadilan yang diperoleh Human Rights Watch menyatakan pria itu juga menuduh Fayadh mempromosikan ateisme dalam bukunya. Buku yang dimaksud pria itu adalah buku Fayadh tentang puisi cinta berjudul Instructions Within, terbit pada 2008.

Jaksa menuduh Fayadh menghujat yang ilahi dan Nabi Muhammad, menyebarkan ateisme dan mempromosikannya di kalangan pemuda di tempat umum, mengejek ayat-ayat Allah dan para nabi, menyangkal Quran, menyangkal hari kebangkitan, menyangkal nasib dan keputusan ilahi, dan memiliki hubungan terlarang dengan perempuan dengan menyimpan foto-foto mereka di telepon.

Fayadh membantah semua tuduhan. Tiga saksi yang dihadirkan di persidangan mengatakan mereka belum pernah mendengar Fayadh mengatakan kata-kata yang menghujat.

Fayadh, yang bersidang tanpa pengacara, bersaksi bahwa buku Instructions Within  tidak ditulis dengan maksud menghina Islam. Namun demikian, ia meminta maaf untuk apapun dalam bukunya yang dianggap tidak pantas oleh otoritas. "Saya bertobat kepada Allah yang paling tinggi dan saya tidak bersalah dari apa yang muncul dalam buku saya yang disebutkan dalam kasus ini," katanya kepada pengadilan seperti dikutip dari Theantimedia.org, 27 November 2015.

Saat diwawancara Guardian, Fayadh berujar, “Buku ini hanya tentang saya seorang pengungsi Palestina, tentang isu-isu budaya dan filosofis. Tapi ekstremis agama menggambarkan itu sebagai ide destruktif terhadap Allah.”

Mei lalu,  Fayadh dijatuhi hukuman empat tahun penjara dan 800 cambukan. Jaksa tidak puas dan mengajukan banding. Banding dikirim kembali ke Pengadilan Umum Abha, pengadilan yang lebih rendah, dan pada 17 November lalu, panel hakim malah menemukan kesalahan baru  Fayadh yang dianggap  melakukan tindakan murtad.

Pengadilan memutuskan Fayadh dijatuhi hukuman pancung. Putusan ini mengagetkan Fayadh.
"Saya benar-benar terkejut, meskipun saya tidak melakukan apapun yang setimpal dengan hukuman mati," kata Fayadh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa pendukungnya percaya hukuman itu sebagai pembalasan dari kelompok agama garis keras karena ia mem-posting rekaman ke Internet bagaimana polisi agama di depan umum mencambuk para tersangka. Padahal itu tidak terdapat dalam hukuman resmi.

Banyak individu dan organisasi terus berusaha menyelamatkan Fayadh dari hukuman pancung itu. Penulis, seniman, musikus, indeks sensor, Asosiasi Sastra PENA Internasional, dan Asosiasi Internasional Kritik Seni menandatangani pernyataan bersama mengutuk hukuman. Amnesty International mengeluarkan seruan mendesak pembebasannya dan mengutuk ketidakhadiran penasihat hukum selama persidangan.

Mengetahui banyak dukungan mengalir padanya, Fayadh terkejut dan mengucapkan terima kasih. "Saya bersyukur untuk semua orang yang bekerja atas nama saya. Jujur, saya terkejut karena saya merasa sendirian di sini. Saya dalam kesehatan yang baik. Saya berjuang untuk mengikuti semua perkembangan," katanya. "Orang-orang harus tahu saya tidak melawan siapa pun di sini. Saya seorang seniman dan saya hanya mencari kebebasan saya."

Arab Saudi merupakan negara yang mendapat julukan “algojo paling produktif di dunia”. Arab Saudi telah menghukum mati lebih dari 2.200 orang antara 1985 dan 2015. Antara 1 Januari dan 9 November 2015, negara itu telah mengeksekusi sedikitnya 151 orang, hampir setengah dari mereka untuk pelanggaran ringan.



THEANTIMEDIA.COM | GUARDIAN | MECHOS DE LAROCHA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Arab Saudi Masuk Daftar Hitam Pembunuh Anak Yaman

13 November 2017

Seorang perawat menggendong anak kurang gizi di rumah sakit di Sanaa, Yaman, 28 Juli 2015. Perang di Yaman telah menewaskan lebih dari 3.500 orang. UNICEF mengatakan korban tewas termasuk 365 anak-anak. REUTERS/Khaled Abdullah
Arab Saudi Masuk Daftar Hitam Pembunuh Anak Yaman

Arab Saudi masuk daftar hitam PBB untuk kasus pembunuhan anak-anak di Yaman yang jumlahnya mencapai 683 anak.


Arab Saudi Tidak Beri Kompensasi untuk Korban Crane Jatuh

25 Oktober 2017

Detik-detik Crane Jatuh di Mekah
Arab Saudi Tidak Beri Kompensasi untuk Korban Crane Jatuh

Pengadilan Arab Saudi membebaskan Grup Saudi Bin Laden dari kewajiban membayar kompensasi kepada korban crane jatuh di Mekah tahun 2015.


Arab Saudi Akan Kembalikan Islam Menjadi Moderat

25 Oktober 2017

Arab Saudi Kian Terbuka
Arab Saudi Akan Kembalikan Islam Menjadi Moderat

Putra mahkota mengatakan Arab Saudi akan mengembalikan agama Islam menjadi moderat dan berpandangan terbuka terhadap semua agama.


Bertemu Putin, Raja Salman Beli Rudal S-400 Seharga Rp 40 Triliun

6 Oktober 2017

Presiden Rusia Vladimir Putin berbincang dengan Raja Arab Saudi Salman di Kremlin di Moskow, Rusia, 5 Oktober 2017. Empat hari di Rusia, Raja Salman akan membicarakan tentang minyak dan konflik Suriah. REUTERS
Bertemu Putin, Raja Salman Beli Rudal S-400 Seharga Rp 40 Triliun

Raja Salman dan Putin bersepakat Saudi membeli senjata sistem pertahanan udara S-400 senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 40,4 triliun.


Raja Salman Melawat ke Rusia untuk Pertama Kali, Ini Agendanya

4 Oktober 2017

Seorang pendukung gerakan Houthi dan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh mengacungkan dua jarinya saat memperingati dua tahun intervensi militer koalisi Saudi di Sanaa, Yaman, 26 Maret 2017. Koalisi Saudi melakukan penyerangan sejak. REUTERS/Khaled Abdulla
Raja Salman Melawat ke Rusia untuk Pertama Kali, Ini Agendanya

Raja Salman akan berkunjung ke Rusia untuk pertama kalinya Kamis depan.


Goyang Macarena di Jalan, Remaja 14 Tahun Ditangkap Polisi Saudi

23 Agustus 2017

Kepolisian Arab Saudi menahan seorang bocah yang berjoged di jalanan. theguardian.com
Goyang Macarena di Jalan, Remaja 14 Tahun Ditangkap Polisi Saudi

Remaja berusia 14 tahun ditangkap polisi Arab Saudi akibat goyang Macarena di jalan


Terungkap, Putra Mahkota Ingin Saudi Hengkang dari Perang Yaman

15 Agustus 2017

Mohammad bin Salman bin Abdulaziz Al Saud. independent.co.uk
Terungkap, Putra Mahkota Ingin Saudi Hengkang dari Perang Yaman

Sebuah bocoran email mengungkap bahwa Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammad bin Salman menginginkan negaranya keluar dari perang Yaman.


Dabbing Ala Rapper, Artis Populer Arab Saudi Ditahan

15 Agustus 2017

Penyanyi Arab Saudi, Abdallah Al Shaharani ditangkap karena melakukan gerakan dabbing di atas panggung. Youtube.com
Dabbing Ala Rapper, Artis Populer Arab Saudi Ditahan

Abdallah Al Shaharani, penyanyi Arab Saudi ini melakukan gerakan dabbing dalam sebuah festival musik


Saudi Minta Irak Bantu Pulihkan Hubungan dengan Iran

14 Agustus 2017

Sejumlah petugas pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api yang melahap kantor Kedubes Arab Saudi di Teheran, Iran, 2 Januari 2016. REUTERS
Saudi Minta Irak Bantu Pulihkan Hubungan dengan Iran

Arab Saudi minta bantuan Irak memperbaiki hubunganya dengan Iran.


Arab Saudi Bakal Jadikan Laut Merah Sebagai Lokasi Wisata

2 Agustus 2017

Wisatawan menikmati air di sebuah pantai di resor Laut Merah, Sharm el-Sheikh, Kairo, 27 Maret 2015. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Arab Saudi Bakal Jadikan Laut Merah Sebagai Lokasi Wisata

Proyek ini dalam rangka mengurangi ketergantungan Arab Saudi akan pendapatan dari penjualan minyak.