TEMPO.CO, Taipei - Dalam sebuah video propaganda baru yang dirilis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS pada Rabu, 25 November 2015, terdapat sebuah hal yang tidak terduga. Dalam satu scene terdapat bendera Taiwan dalam jajaran negara-negara yang membentuk koalisi global melawan ISIS.
Dalam video yang yang berjudul "No Respite," ISIS merilis daftar "koalisi global" dari 60 negara yang dianggap sebagai musuh-musuhnya, termasuk di antaranya Amerika Serikat, Rusia, Prancis, dan Cina.
Dengan beredarnya video tersebut, secara tidak langsung ISIS telah mengakui keberadaan Taiwan sebagai sebuah negara yang berdaulat dan terlepas dari Cina. Taiwan sebelum ini tidak pernah mendapatkan pengakuan diplomatik tingkat tinggi.
ISIS tampaknya akan bergabung dengan kelompok kecil dari entitas politik yang mengakui Taiwan. Hanya 22 negara yang mengakui pulau itu sebagai bangsa yang terpisah dari daratan Cina dan kebanyakan merupakan negara kecil, relatif miskin, dan penerima manfaat dari bantuan luar negeri yang cukup besar dari Taiwan yang beribu kota di Taipei.
Seperti dilansir Quartz, Kamis, 26 November 2015, pengakuan Taiwan oleh ISIS tersebut akan membuat pemerintah Cina semakin marah, setelah ada warga Cina pertama yang dibunuh oleh kelompok teroris tersebut pada bulan ini.
Cina selama ini memandang Taiwan sebagai provinsi yang membangkang yang akhirnya akan bersatu dengan daratan. Cina juga menyebut Taiwan sebagai entitas yang terpisah dianggap sebagai penghinaan terhadap kedaulatan Cina.
Dalam menanggapi video propaganda ISIS tersebut, Presiden Taiwan mengatakan kepada rakyatnya untuk tetap tenang dan jangan takut.
"Kita telah berbuat baik kepada orang Islam di berbagai negara," kata Ko Wen-je menanggapi pertanyaan Wali Kota Taipei terkait dengan video berdurasi empat menit tersebut.
QUARTZ | SHANGHAIIST | YON DEMA