TEMPO.CO, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi segera menghukum mati lebih dari 50 terpidana teroris. Mereka dihukum penggal kepala.
Seperti yang dilansir Independent pada 26 November 2015, informasi tersebut didapat dari surat kabar Okaz yang memiliki hubungan dekat dengan Kementerian Dalam Negeri Saudi.
Menurut Okaz, sebuah sumber terpercaya mengatakan bahwa akan memenggal kepala orang-orang di beberapa kota di seluruh kerajaan, kemungkinan besar setelah salat Jumat hari ini, 27 November 2015.
Sepanjang tahun ini Arab Saudi telah menghukum mati 151 terpidana teroris. Tahun lalu total 90 terpidana dieksekusi tetapi tidak ada terpidana pelanggaran terorisme.
Dari sekitar 50 terpidana yang dihukum mati, tujuh di antaranya adalah kaum Syiah yang berasal dari wilayah Al-Awamiyah di Provinsi Timur yang kaya minyak. Seorang ulama terkemuka Syiah, Sheikh Nimr al-Nimr, yang ditangkap dalam baku tembak dengan pasukan keamanan pada 2012, termasuk di dalam daftar tujuh terpidana yang akan dihukum mati.
Selain itu, beberapa ibu dari lima anak Syiah yang akan dieksekusi mengatakan dalam surat protesnya ke Kerajaan Arab Saudi bahwa saat penangkapan anak mereka masih di bawah umur dan telah menjadi sasaran penyiksaan dalam penjara.
"Kami menegaskan bahwa anak-anak kami tidak membunuh atau melukai orang. Mereka dipaksa mengaku di bawah penyiksaan, mereka dihalangi mendapat akses ke penasihat hukum dan para hakim bias terhadap penuntutan," isi surat tersebut.
Seorang yang juga akan dieksekusi, Ali al-Nim, yang juga seorang Syiah, mendapat perhatian dunia. Amnesty Internasional telah mengecam hukuman mati terhadap Ali. Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond juga meminta agar Ali tidak dieksekusi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Parlemen Eropa juga telah mendesak Arab Saudi untuk menghentikan eksekusi Ali al-Nimr. Ali ditahan pada 2011 saat berusia 17 tahun karena dianggap membahayakan negara setelah memprotes hak-hak Syiah-nya.
Dikutip dari Independent, proses eksekusi tersebut memiliki hubungan dengan perebutan kekuasaan takhta kerajaan. Semakin banyak yang dieksekusi semakin menunjukkan kekuatan seorang bangsawan.
Perebutan kekuasaan terjadi antara Mohammad bin Nayef, Menteri Dalam Negeri dan putra mahkota, dan Mohammad bin Salman, Menteri Pertahanan, wakil putra mahkota dan anak bungsu Raja Salman.
Selama beberapa tahun Mohammad bin Salman, 30 tahun, menjabat sebagai penjaga ayahnya yang sakit. Tapi karena raja naik takhta pada Januari lalu, putranya telah mengumpulkan kekuatan baru yang luas. Selain penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan, ia menjabat sebagai kepala istana dan Ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan.
Saad al-Faqih, seorang kritikus Saudi dari keluarga yang berkuasa yang tinggal di London, mengatakan, "Mohammad bin Salman telah mengambil segalanya. Mohammad bin Nayef ingin menunjukkan kekuatan. Dia ingin dilihat sebagai sangat kuat dengan membunuh 52 orang dalam satu hari." Termasuk di antara mereka yang menghadapi eksekusi dikatakan adalah para pendukung Al-Qaeda dan kelompok bersenjata Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
INDEPENDENT | YON DEMA