TEMPO.CO, Montgomery - Guberur Alabama dan Michigan, Ahad, 15 November 2015, mengumumkan menolak menerima pengungsi Suriah korban perang saudara menyusul teror mematikan di Paris pada Jumat malam, 11 November 2015, waktu setempat.
Gubernur Alabama Robert Bentley mengakui bahwa dia tidak memiliki rencana menempatkan pengungsi Suriah di negara bagian dan ada kekhawatiran ancaman teror di Alabama. "Silahkan bergabung bersama saya berdoa bagi yang telah meninggal akibat serangan teror dan tidak akan mengijinkan kebebasan berada di tangan kaum teroris," ucap Bentley.
Setali tiga uang dengan Bentley, kantor Gubernur Michigan Rick Snyder dalam pernyataannya mengatakan, negara bagian tidak akan menerima pengungsi Suriah hingga Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat meninjau sepenuhnya prosedur penerimaan itu.
"Michigan menyambut siapapun dan kami bangga dengan kekayaan sejarah imigran kami," ucap Snyder dalam pernyataan. "Tetapi prioritas pertama kami adalah melindungi keselamatan warga kami."
Perang saudara di Suriah yang berlangsung sejak 2011 telah menewaskan 250 ribu orang. Konflik berdarah tersebut, menurut Peserikatan Bangsa-Bangsa, menyebabkan lebih dari empat juta orang mengungsi ke berbagai negara guna menghindari kekerasan. "Ini adalah tragedi kemanusiaan terbesar sejak Perang Dunia II," kata PBB.
Serangan di Paris pada Jumat malam, 11 November 2015, waktu setempat, menewaskan setidaknya 132 orang dan ratusan lainnya luka-luka. Beberapa pelaku serangan diidentifikasi warga negara Prancis.
"Amerika Serikat harus menjadi surga yang aman," ucap Dr. Yahya Basha, seorang pengacara keturunan Suriah-Amerika Serikat dari Bloomfled Barat, Michigan, yang memiliki anggota keluarga menjadi pengungsi. Dia berada di Gedung Putih baru-baru ini untuk mendiskusikan soal pengungsi Suriah bersama pejabat AS. "Kita harus menerima mereka," katanya.
USA TODAY | CHOIRUL AMINUDDIN