TEMPO.CO, Turki - Presiden Joko Widodo meminta negara-negara anggota G-20 mengurangi penggunaan dolar Amerika Serikat. Mengurangi ketergantungan pada mata uang dolar AS bertujuan memperkecil tekanan terhadap pelemahan mata uang nasional akibat kebutuhan USD yang sangat tinggi.
Seruan Presiden Jokowi ini dikemukakan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro pada Working Group Session I KTT G-20 di Turki, Senin, 16 November 2015. "Presiden mengharapkan berkembangnya pemakaian mata uang dunia di luar USD, seperti euro, yen dan RMB, untuk perdagangan bilateral negara. Jadi tidak harus semua perdagangan menggunakan media USD," kata Bambang melalui Tim Komunikasi Presiden.
Menurut Bambang, ini adalah intervensi kedua yang disampaikan Presiden Joko Widodo. Presiden juga menyampaikan perlunya upaya terus-menerus melakukan reformasi arsitektur keuangan dunia. Negara emerging countries dan negara berkembang, ucap Bambang, diharapkan memiliki peran yang lebih besar di organisasi internasional seperti IMF.
Indonesia juga menyatakan komitmennya dalam berkontribusi pada upaya peningkatan ekonomi global sebesar 2 persen sampai 2018. "Di mana yang akan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah paket-paket kebijakan yang dikeluarkan. Utamanya adalah untuk memberikan stimulus pertumbuhan, mendorong investasi, dan meningkatkan daya beli masyarakat," ujarnya.
Strategi ini, tutur Bambang, diharapkan tidak hanya mendorong pertumbuhan, tapi juga menciptakan pertumbuhan yang inklusif atau pertumbuhan yang berkualitas. KTT G-20 dilaksanakan di Antalya, Turki, pada Minggu, 15 November 2015, dan bertemakan Ensuring Inclusive and Robust Growth through Colletive Action.
Setelah mengikuti KTT G-20, Presiden Jokowi langsung kembali ke Tanah Air. Sejumlah menteri yang mendampingi Jokowi ke Turki adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.
ANANDA TERESIA