TEMPO.CO, Washington - Empat misil permukaan Rusia, yang ditembakkan dari Laut Kaspia untuk menghantam sejumlah sasaran di Suriah, jatuh ke wilayah pedesaan di Iran. Keterangan tersebut disampaikan pejabat Amerika Serikat yang tak bersedia disebutkan namanya karena alasan tak memiliki otoritas berbicara kepada media, Kamis, 8 Oktober 2015.
"Misil yang mendarat itu bagian dari 26 misil yang ditembakkan Rusia pada Rabu, 7 Oktober 2015," ucap pejabat AS kepada USA Today.
Pejabat ini menjelaskan, jalur penerbangan Kalibr untuk misil penjelajah yang sebelumnya jarang digunakan dalam keadaan perang telah melintasi wilayah udara Iran dan Irak. "Hingga saat ini, AS belum mengetahui jumlah korban atau kerusakan akibat tembakan misil tersebut. Mungkin jatuh di kawasan yang tak membahayakan di Iran."
Rusia, yang baru-baru ini memulai serangan udara dan meningkatkan kehadiran militernya di Suriah, membantah misil yang ditembakkan ke sasaran pemberontak Suriah meleset. Menurut Kementerian Pertahanan Iran, isu yang disampaikan pejabat AS itu bagian dari "perang psikologi."
Namun, meningkatnya aktivitas militer Rusia di kawasan tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa kecelakaan dapat memicu perang lebih luas menyusul kehadiran kapal perang, jet tempur, dan tentara Rusia di sana. AS menyebut kehadiran militer Rusia di Suriah adalah bagian dari dukungan terhadap rezim bukan untuk memerangi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Ini akan memiliki konsekwensi tersendiri bagi Rusia," kata Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, dalam sebuah pertemuan di markas besar Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussel pada Kamis, 8 Oktober 2015.
Carter yang menuding perilaku Rusia tak profesional mengatakan, kapal perang Rusia telah melanggar wilayah udara Turki dan diketahui beberapa mil oleh drone AS. Menurut dia, kapal-kapal Rusia telah menembakkan misil tanpa peringatan dan militernya terlibat perang darat guna mendukung pasukan pemerintah Suriah.
AS menjelaskan, misil permukaan Rusia dan serangan udara negeri itu untuk mendukung serangan darat serta menyerang kelompok penentang Assad dalam perang brutal yang telah berlangsung selama empat tahun. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, perang ini telah melumat 250 ribu nyawa.
"Ini adalah kesalahan strategi yang mendasar dan dapat memperpanjang perang saudara di Suriah," tutur Carter.
USA TODAY | CHOIRUL AMINUDDIN