TEMPO.CO, Damaskus - Presiden Suriah Bashar al-Assad menyatakan intervensi militer Rusia ke negerinya demi menyelamatkan Timur Tengah. Hingga saat ini, Moskow terus-menerus melakukan gempuran udara ke posisi ISIS.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi Iran, Minggu, 4 Oktober 2015, Assad mengatakan aliansi Suriah dengan Rusia, Irak, dan Iran "Harus sukses atau seluruh wilayah di kawasan Timur Tengah hancur," katanya. Dia menambahkan, kemungkinan keberhasilan koalisi ini sangat besar dan tidak signifikan.
Hingga hari kelima, jet udara Rusia terus membombardir posisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Meski demikian, gerakan militer Rusia ini mendapatkan kritik dari Barat karena serangan udara Kremlin itu dituding mengenai kelompok perlawanan utama Suriah.
"Serangan udara Rusia terhadap basis pertahanan ISIS di Suriah terus berlangsung. Semua jet tempur itu diterbangkan dari pangkalan militer Hmeimim," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia. Menurut Moskow, armada udaranya menerbangkan 20 jet tempur selama 24 jam.
Kementerian Pertahanan Rusia menerangkan, pesawat tempur mereka juga menyerang sebuah pusat pelatihan militer di Provinsi Raqqa, yang dikuasai ISIS.
Barat dan negara-negara Teluk meminta dengan keras supaya Assad mundur dari jabatannya sebagai presiden setelah konflik di dalam terus berkecamuk lebih dari empat tahun. Perang saudara di Suriah menyebabkan lebih dari 240 ribu orang tewas.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN