TEMPO.CO, Jakarta - Foto tubuh kecil Aylan Kurdi, 3 tahun, yang tewas tenggelam dan terdampar di sebuah pantai di Turki, sempat menyentakkan dunia. Muhamad, 47 tahun, paman Aylan, menceritakan, detik-detik sebelum tewas, balita itu sempat menyampaikan agar ayahnya tak mati. "Daddy, jangan mati," kata Muhamad menirukan pernyataan Abdullah, ayah Aylan, seperti dikutip Dailymail.co.uk, Ahad, 6 September 2015.
Aylan; kakaknya, Galib, 5 tahun; dan ibunya, Rehana, 35 tahun; tewas tenggelam setelah kapal yang ditumpangi keluarga Abdullah diempas ombak saat melalui Laut Aegea menuju Yunani. Saat itu, udara dingin malam menyengat kulit dan langit gelap gulita. Tiba-tiba ombak besar menghantam kapal yang membuatnya terbalik.
Abdullah telah berupaya merengkuh kedua putranya, tapi gagal. "Dia berusaha dengan seluruh kekuatan mendorong kedua anaknya ke atas permukaan agar selamat. Dan mereka berteriak: ‘Daddy, jangan mati’," ujar Fatima Kurdi, bibi Aylan, seperti dikutip dari Telegraph.co.uk.
Setelah Abdullah mengetahui Galip telah meninggal, dia membiarkan anaknya hanyut dan berusaha menyelamatkan anaknya yang lain, Aylan. Namun harapan Abdullah pupus setelah melihat darah mengalir dari mata anak itu dan air laut dingin itu juga menghanyutkannya. “Ia memejamkan matanya dan membiarkan mereka," tutur Fatima.
Kemudian Abdullah mencari-cari istrinya. Tak berapa lama, dia menemukan istrinya mengambang di air. "Abdullah mengatakan: ‘Saya berusaha dengan segala kekuatan saya untuk menyelamatkan mereka. Namun saya tidak mampu’,” ucap Fatima menirukan Abdullah.
Abdullah merupakan imigran gelap menuju Jerman untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Warga negara Suriah ini mengeluarkan uang US$ 5.000 kepada penyelundup untuk membawa keluarganya keluar dari Turki. Selama di Turki, Abdullah bekerja sebagai tukang pangkas rambut. Namun profesi itu tak bisa memberikan kehidupan yang cukup.
Sebelumnya, Abdullah bersama keluarga tinggal di Kobane, daerah perbatasan Suriah dan Turki. Mereka menempati dua kamar di rumah mertuanya. Namun, selama di Kobane, kehidupan mereka dipenuhi ketakutan setelah kelompok teroris, ISIS, sering meneror mereka. "Hampir semua warga Kobane melarikan diri ke Turki, tak ada yang betah tinggal di sana. Suasananya mengerikan," kata Muhammad.
DAILYMAIL | TELEGRAPH | EKO ARI
Baca juga:
Drama Budi Waseso: Jokowi-JK Menguat, Kubu Mega Menyerah?
Lebih Nyaman Berbahasa Inggris, Susi: Jangan Ragukan…Saya