TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Thailand kembali menahan seorang pria lokal di Narathiwat, Thailand selatan, karena dicurigai terlibat dalam serangan bom di Bangkok pada 17 Agustus lalu.
Penangkapan itu membuat semua tersangka serangan bom di kuil Erawan, yang mengakibatkan 20 orang tewas, meningkat menjadi tiga orang.
Kamarudeng Saho, 38 tahun, ditahan setelah unit khusus polisi menyerbu rumahnya di Sungai Kolok pada Selasa lalu.
Saho kemudian diterbangkan ke Bangkok menggunakan helikopter sehari setelahnya dan ditahan di sebuah pangkalan militer.
Laporan penahanan Saho dikonfirmasi juru bicara polisi, Prawut Thawornsiri, Kamis, 3 September 2015.
Thawornsiri mengatakan Saho ditahan setelah penyidik menemukan dia pernah berhubungan melalui telepon dengan tersangka wanita yang dicari, Wanna Suansan alias Maisaroh.
Seperti dilansir Bangkok Post, Kamis, 3 September 2015, Wanna Suansan dan suaminya, Emrah Davutogl, diincar karena dicurigai terlibat dalam serangan bom tersebut. Namun pasangan itu kini berada di Turki.
Sementara itu, Turki kemarin menyatakan keraguan tentang laporan bahwa serangan bom tersebut didalangi warga negaranya.
Dalam sebuah pernyataan, Kedutaan Besar Turki di Bangkok menyatakan tidak menerima informasi dari pemerintah Thailand.
"Kami tidak menerima konfirmasi resmi dari pemerintah Thailand mengenai kewarganegaraan semua tersangka yang ditangkap dan diburu," ujar pihak Kedutaan Besar Turki.
Pihak berwenang Thailand menduga sekurang-kurangnya dua dari delapan tersangka serangan bom tersebut merupakan warga Turki.
Kaitan pengeboman di Bangkok dengan warga Turki memperkuat teori bahwa serangan itu bermotif dendam, lantaran Bangkok mengirim imigran etnis Uighur dari Cina pulang ke negara asal pada Juli lalu.
Thailand menjadi negara transit bagi etnis Uighur yang ditindas di Cina untuk bermigrasi ke Turki.
BANGKOK POT | YON DEMA