TEMPO.CO, Bangkok- Polisi Thailand menyatakan tersangka pengeboman di kuil Erawan pada Agustus lalu adalah seoran etnis Uighur. Namun, bukti tentang keterlibatan warga Uighur itu belum cukup kuat.
"Berdasarkan dokumen perjalanan yang dibawa orang itu, ia diketahui lahir di provinsi Xinjiang Cina, tempat orang Uighur menetap dan menolak aturan yang diberlakukan Beijing,” kata Jenderal Polisi Chaktip Chaijinda, polisi senior Thailand seperti dikutip dari Washington Post, 2 September 2015.
Chaktip mengatakan polisi masih harus mengecek keaslian paspor warga Uighur itu mengingat dokumen perjalanan tersangka warga asing yang telah lebih dahulu ditangkap ternyata palsu.
Selain itu, tersangka utama yang ditangkap Selasa lalu ketika sedang berusaha menyeberang ke Kamboja, telah membantah terlibat dalam ledakan di kuil Erawan.
Sejumlah pejabat Thailand lainnya percaya para tersangka dalam pemboman itu mungkin terlibat dengan etnis Uighur yang berusaha lari dari Cina menuju Turki.
Melalui pernyataan itu, polisi Thailand untuk pertama kali dianggap mampu menarik hubungan yang jelas dari tragedi berdarah itu yang secara politis sangat sensitif bagi para pemimpin Thailand, setelah mereka berusaha membangun hubungan yang lebih kuat dengan Cina.
Beberapa saat setelah ledakan terjadi di kuil Erawan, Kedutaan Cina di Bangkok melontarkan kritikan kepada media yang berspekulasi bahwa ledakan adalah balasan atas keputusan Thailand yang mendeportasi lebih dari 100 warga Uighur kembali ke Cina pada Juli lalu.
WASHINGTON POST | WSJ| MECHOS DE LAROCHA