TEMPO.CO, Bangkok - Polisi Thailand mulai mengaitkan pemberontak Uighur di wilayah Cina dalam kasus ledakan di kuil Erawan yang menewaskan 22 orang.
Polisi menemukan sejumlah warga Turki memasuki Thailand sebelum ledakan tersebut terjadi.
Polisi dan beberapa analis keamanan telah membahas kemungkinan koneksi ke Uighur, minoritas muslim yang berbicara bahasa Turki dari barat jauh Cina. Mereka mengeluhkan penganiayaan oleh Beijing.
Pemberontak Cina Uighur merupakan masalah penting bagi banyak orang Turki, yang melihat diri mereka memiliki latar belakang budaya dan agama yang sama.
Bulan lalu, lebih dari seratus warga Uighur dideportasi dari Thailand ke Cina--sebuah langkah yang mendapat kecaman luas dari kelompok-kelompok hak asasi dan memicu protes di luar konsulat Thailand di Istanbul.
Juru bicara polisi nasional, Prawut Thavornsiri, mengatakan kepada wartawan bahwa polisi telah memeriksa kedatangan warga Turki yang masuk Thailand sekitar dua minggu sebelum terjadi ledakan.
"Kemungkinan ada banyak orang Turki yang datang ke Thailand. Kami sedang menyelidiki kelompok yang mungkin telah datang ke sini," ucap Thavornsiri saat ditanya apakah polisi telah menyelidiki 15 warga Turki.
Thavornsiri menjelaskan, "Kami memang memeriksa 15 orang. Kami tidak fokus pada kewarganegaraan, tapi individu," ujar Thavornsiri, seperti dilansir Reuters, Kamis, 27 Agustus 2015.
Anthony Davis, analis keamanan yang berbasis di Bangkok, berbicara di Foreign Correspondent Club of Thailand pada Senin bahwa ada tiga kemungkinan kelompok yang memiliki motif dan kemampuan untuk melakukan serangan.
"Yang paling mungkin pelaku pengeboman adalah anggota militan dari organisasi sayap kanan Turki yang dikenal sebagai Serigala Abu-abu, sebuah organisasi ekstrem Turki," tuturnya.
Davis mengatakan motif mereka mungkin adalah balas dendam atas deportasi etnis Uighur dari Thailand ke Cina.
Bukti utama yang dimiliki polisi dalam insiden ledakan di kuil yang sangat populer di kalangan turis Asia tersebut adalah rekaman kamera keamanan.
Rekaman itu menunjukkan seorang pria dengan kaus kuning dan rambut hitam meninggalkan ransel setelah memasuki kuil Erawan dan berjalan menjauh dari tempat kejadian sebelum terjadi ledakan.
Sebanyak 12 dari 22 orang yang tewas dalam serangan pada 19 Agustus 2015 itu adalah warga asing, termasuk warga Cina, Hong Kong, Inggris, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
REUTERS | YON DEMA