TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan ribu pengungsi asal Suriah yang membanjiri Balkan dalam beberapa pekan terakhir sangat membutuhkan makanan, air, dan tempat tinggal, layaknya nasib jutaan pengungsi akibat perang di seluruh dunia. Namun ada satu hal unik selain kebutuhan dasar yang dibutuhkan mereka, yakni stasiun pengisian baterai ponsel pintar.
"Setiap kali saya pergi ke negara baru, saya membeli kartu SIM dan mengaktifkan Internet lalu mengunduh peta untuk mengetahui posisi saya sendiri," kata Osama Aljasem, seorang guru musik, 32 tahun, dari Deir al-Zour, Suriah.
Aljasem menjelaskan sambil duduk di bangku taman rusak di Belgrade, menatap smartphone dan merencanakan perjalanan selanjutnya ke Eropa utara. "Saya tidak akan pernah bisa tiba di tujuan tanpa smartphone," Aljasem menambahkan. "Saya stres ketika baterai smartphone mulai berkurang."
Teknologi tampaknya telah mengubah situasi dari krisis pengungsi abad ke-21. Ponsel pintar telah mempermudah jutaan pengungsi itu untuk bermigrasi.
Seperti yang dilaporkan New York Times, 26 Agustus 2015, smartphone telah membantu para pengungsi sukses melalui rute perjalanan—seperti di Balkan. Media ini mengutip pernyataan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa, 25 Agustus 2015, bahwa sekitar 3.000 orang per hari terus menyeberangi perbatasan dari Yunani ke Makedonia.
Dalam migrasi modern, peta yang dapat diunduh pada ponsel pintar, aplikasi GPS, media sosial, dan WhatsApp dikatakan telah menjadi alat penting bagi para pengungsi. "Imigran bergantung pada aplikasi-aplikasi itu untuk memberikan masukan tentang rute, penangkapan, gerakan penjaga perbatasan dan alat transportasi, serta tempat tinggal dan harga, sambil tetap berhubungan dengan keluarga dan teman-teman," tulis NY Times dalam laporannya.
NY Times menambahkan bahwa hal pertama yang banyak dilakukan setelah para pengungsi berhasil melintasi perbatasan antara Turki dan Yunani adalah mengeluarkan ponsel pintar mereka dari saku dan mengirim kabar kepada orang-orang tercinta. Pesannya: mereka berhasil.
Aplikasi yang digunakan tersebut dilaporkan tidak terbatas pada puluhan ribu kelas menengah Suriah yang telantar akibat perang, tapi juga telah digunakan oleh pengungsi dari Afrika dan Timur Tengah sampai Afganistan dan Pakistan.
NEW YORK TIMES | MECHOS DE LAROCHA