TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Ahli kedirgantaraan Malaysia, Zaaim Redha Abdul Rahman, meyakini pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang sempat mengambang sebentar sebelum tenggelam di suatu tempat di bagian selatan Samudra Hindia.
"Saya percaya, ketika kehabisan bahan bakar, pesawat lantas meluncur ke bawah dan mendarat dengan halus di atas air. Itu sebabnya saya percaya pesawat masih utuh," katanya, seperti dilansir Express.co.uk, 13 Agustus 2015.
Rahman adalah bagian dari tim yang bekerja untuk menemukan MH370 sesaat setelah pesawat itu menghilang. Tim itu menggunakan data satelit yang disediakan perusahaan Inggris, Inmarsat. Dia berujar, flaperon panjang 2 meter yang ditemukan di pulau terpencil di Prancis mendukung teorinya bahwa pesawat meluncur ke bawah dengan lembut. (Baca: Malaysia Pastikan Puing di Pulau Reunion Milik MH370)
"Flaperon hanya rusak sedikit dan masih dalam kondisi yang baik. Penampilannya menunjukkan benturannya tidak keras," ucapnya.
Rahman mencontohkan, pesawat US Airways yang mendarat di Sungai Hudson, New York, pada 2009 sebagai bukti bahwa jet yang hilang bisa membuat pendaratan halus di atas air. (Baca:
Serpihan MH370 Ditemukan Lagi, tapi Sekarang di Maladewa)
Adapun pesawat MH370 menghilang pada 8 Maret 2014 saat terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing. Hingga kini, tak satu pun dari 227 penumpang dan 12 awak pesawat itu ditemukan. Meskipun puing-puing sayap itu telah ditemukan terdampar di Pulau Reunion, awal Agustus 2015.
EXPRESS.CO.UK|YON DEMA