TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 61 persen rakyat Yunani, Minggu waktu setempat, 5 Juli 2015, menyatakan menolak tuntutan penghematan yang diusulkan kreditor Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam referendum bailout. Angka itu diperoleh dari 50 persen tempat pemungutan suara.
Ribuan warga Athena berkumpul di Lapangan Syntagma untuk merayakan hasil referendum ini, kendati ada ancaman bahwa kegagalan mencapai kesepakatan dengan kreditor akan memicu keluarnya Yunani dari zona euro.
Sementara itu Menteri Keuangan Yunani Yanis Varoufakis menyatakan penolakan rakyat Yunani terhadap bailout kreditor asingnya itu akan membantu Yunani menyembuhkan luka ekonominya.
Baca juga: Kisah Bocah Diduga Digergaji: Begini Pengakuan Si Ibu
Dia berjanji bahwa Yunani akan terus memperkuat kerjasama dengan kreditor Uni Eropa-IMF. "Mulai besok, Eropa, yang malam ini hatinya berdenyut di Yunani, mulai menyembuhkan lukanya. Luka kami," kata ekonom independen ini.
"'Tidak' hari ini adalah 'ya' besar untuk demokrasi Eropa. 'Tidak' untuk visi zona euro sebagai kerangkeng besi tak berbatas untuk rakyatnya," kata dia.
Para pejabat zona euro akan menggelar pertemuan Senin ini untuk membahas hasil referendum Yunani. Presiden Prancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu di Paris pada hari yang sama untuk menilai hasil referendum ini, kata kepresiden Prancis. Hollande juga telah menelepon Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras Minggu malam.
Di Lapangan Syntagma di pusat kota Athena, ribuan orang mengenakan banner "Tidak" dan meneriakkan "mereka tidak akan pernah menang". Orang-orang membaluti tubuhnya dengan bendera Yunani dan menarikan tari tradisional, sedangkan yang lainnya menyalakan kembang api.
Baca juga:Hotman Paris Ungkap Perilaku Janggal Putri Margriet
"Pesan 'tidak' adalah berarti kami sama sekali tidak takut pada tekanan yang sudah kami hadapi baik dari Eropa maupun dari dalam negeri sendiri," kata Stathis Efthimiadis, guru berusia 47 tahun.
Efthimiadis tak percaya hasil referendum membuat Yunani dikeluarkan dari zona uero dan Uni Eropa.
"Pekan depan, pemerintah Yunani punya peluang bersama 'Tidak' ini, untuk berharap dari para teknokrat Bruxelles mengenai perundingan yang didasarkan pada nilai-nilai demokrasi dan hak-hak setara dalam Uni Eropa," timpal Konstantinos Petras, pensiunan berusia 65 tahun.
ANTARA