TEMPO.CO , Jakarta: Kepala Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia Athena, John Admiral, mengatakan para pekerja Indonesia banyak yang digaji kurang lantaran kekuangan negara Yunani sedang buruk.
"Pada akhir bulan lalu, banyak yang digaji hanya separuh, bahkan ada pula yang hanya seperempatnya saja," kata John saat dihubungi Jumat 3 Juli 2015.
John mengatakan para pekerja Indonesia di Yunani menerima kondisi itu, lantaran para majikan juga memerlukan uang. Di Yunani ada sekitar 900-an orang Indonesia, dimana 85 persen adalah pekerja informal seperti pekerja rumah tangga. "Ada pekerja rumah tangga yang menginap di majikan, ada pula yang tidak," kata John.
Bagi pekerja rumah tangga yang tinggal dengan majikan, kata John, mereka biasanya sudah disediakan makanan untuk kebutuhan sehari-harinya.
Bagi yang tidak, ada Ikatan Kerukunan Keluarga Indonesia di Yunani yang siap memberikan bantuan persediaan makanan bila orang itu kesulitan mendapatkan makanan sehari-hari. "Bantuan itu sudah cukup, sehingga tidak ada warga Indonesia yang kelaparan sampai saat ini, atau bahkan meminta bantuan KBRI," katanya.
Ia mengakui kondisi keuangan di negara itu sedang sulit. Sejak tanggal 29 Juni 2015 hingga hari ini bank di negara itu tidak beroperasi lagi. "Dijadwalkan, bank tutup hingga tanggal 6 Juli 2015," katanya.
Kondisi itu membuat masyarakat Yunani menguras tabungan mereka di bank. Pada Sabtu dan Minggu malam lalu, antrian panjang sekali di anjungan tunai mandiri (ATM). "Karena penarikan uang yang besar-besaran itu, sejak tanggal 1 Juli lalu dikatakan, setiap kartu ATM hanya boleh ambil uang maksimal 50 Euro perhari," katanya.
Sebelumnya, Yunani terancam gagal membayar utang sebesar Rp 1.6 miliar Euro kepada International Monetery Fund. Dengan kondisi tersebut, pemerintah Yunani memutuskan menutup bank sentral pada pekan lalu. Yunani kini menjadi negara bangkrut dan terancam keluar dari Uni Eropa.
MITRA TARIGAN