TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pejabat pada Jumat, 3 Juli 2015, mengatakan bahwa setidaknya tiga orang tewas dan lebih dari 20 orang terluka ketika sebuah gempa berkekuatan 6,4 Magnitude menghantam daerah pedesaan di bagian barat Xinjiang, 160 kilometer dari selatan Kota Hotan, Cina.
Para pejabat itu mengatakan banyak rumah tradisional di wilayah itu, terutama rumah etnis Uighur, rubuh ketika gempa melanda. "Saat ini, gempa telah mengakibatkan tiga kematian, termasuk pasangan ayah dan anak, dan lebih dari 20 orang terluka," kata China National Emergency Broadcasting (CNEB) melalui situs resminya.
Gempa itu awalnya dilaporkan mengguncang dengan kekuatan 6,5 M, sebelum kemudian terjadi beberapa kali gempa susulan dengan kekuatan terbesar di angka 4,8 M. Demikan menurut US Geological Survey yang dirilis di laman Trust.Org.
Pihak berwenang mengaku optimistis jumlah korban tewas tidak akan tinggi. "Memang jika ada banyak orang yang berkumpul di satu tempat selama gempa, dapat menyebabkan bencana yang serius. Tapi dalam kasus ini, hanya ada sedikit orang sehingga tidak begitu serius," kata peneliti Pusat Jaringan Gempa Cina (CENC), Sun Shihong, kepada lembaga penyiaran negara, China Central Television.
Gambar yang muncul di media sosial dan beberapa stasiun televisi Cina menunjukkan terdapat retakan di dinding bangunan dan kerusakan ringan lainnya.
Gempa bumi sering menyerang Cina. Sebelumnya, sebuah gempa terjadi di provinsi barat daya Sichuan pada 2008 yang menewaskan hampir 70 ribu orang.
Xinjiang, daerah strategis yang terletak di perbatasan India, Pakistan, Afghanistan, dan Asia Tengah, adalah salah satu daerah di Cina yang paling sensitif secara politis dan sering terjadi tindakan kekerasan. Hal itu terutama karena Pemerintah Cina sering menuduh kaum muslim Uighur sebagai kelompok militan atau ekstrimis agama.
TRUST.ORG | MECHOS DE LAROCHA