TEMPO.CO, Tunis - Penyerang bersenjata yang menewaskan 39 wisatawan asing di hotel Tunisia diketahui pernah berlatih bersama dengan dua orang penembak yang menyerang Museum Nasional Tunisia serta menewaskan 22 orang pada Maret silam.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Rafik Chelli, Sekretaris Negara untuk Urusan Dalam Negeri Tunisia. Rafik menyampaikan bahwa sang penyerang, yakni Seifeddine Rezgui, 24 tahun, telah berlatih bersama dengan kelompok ekstrimis Islam di Kota Sabratha, dekat ibu kota Lybia, Tripoli.
"Rezgui adalah alumnus kamp pelatihan teroris di Lybia, tempat di mana penyerang Museum Nasional Tunisia pada 18 Maret 2015 berlatih," katanya, seperti yang dilansir NY Times pada 30 Juni 2015.
Rafik juga menjelaskan bahwa informasi tersebut didapatkan setelah menerima laporan dari Pemerintah Kota Kairouan tempat Rezgui berkuliah. Dalam laporannya, pejabat kepolisian setempat mengatakan bahwa Rezgui sebelumnya berlatih selama dua tahun di Lybia.
Rezgui melakukan serangan brutal tersebut pada Jumat, 26 Juni 2015 di hotel bintang lima, Riu Imperial Marhaba, dekat Sousse di selatan Tunisia. Dia melepaskan tembakan kepada para wisatawan asing yang sedang berjemur di kolam renang komplek hotel selama kurang lebih 30 menit.
Baca Juga:
Rezgui sempat mengisi ulang senapan serbu AK47-nya dan melemparkan granat ke arah wisatawan yang tak berdosa. Setelah itu ia melarikan diri menuju ke arah pantai dan menyelinap ke sisi jalan. Namun akhirnya ia berhasil dikejar oleh pihak keamanan sebelum akhirnya ditembak mati.
Korban tewas mencapai 39 orang dan 39 lainnya luka-luka. Sebanyak 33 di antaranya adalah wisatawan asing yang telah diidentifikasi, yakni 25 warga Inggris, satu Belgia, dua Jerman, tiga Irlandia, satu Portugis, dan satu orang asal Rusia.
Pemerintah Tunisia melalui Menteri Dalam Negeri Najem Gharsalli telah berkomitmen dan berjanji akan menangkap semua pihak yang terlibat dalam penyerangan tersebut.
"Saya berjanji kepada korban untuk menyeret dalang yang bertanggung jawab ke pengadilan. Siapa yang memberikan setiap bantuan logistik atau keuangan kepada penyerang juga akan ditahan," katanya.
NY TIMES|YON DEMA