TEMPO.CO, Wakayama - Rasa haru meruap pada pemakaman Tama, Kepala Stasiun Kishi, Prefektur Wakayama, Jepang, Ahad lalu. Tama tak seperti pegawai negeri pada umumnya karena ia adalah seekor kucing betina.
Ia dinobatkan menjadi kepala stasiun sejak 2007. Kucing belang yang tambun ini pun bertugas dengan cara duduk di gerbang tiket untuk menyambut para penumpang yang berangkat maupun datang di stasiun tersebut.
Istimewanya, pemakaman Tama dihadiri 3.000 pegawai dan penggemarnya. Hal ini menunjukkan besarnya penghormatan warga terhadapnya. Dalam proses pemakaman itu pula, dilangsungkan upacara penobatannya sebagai dewi dalam kepercayaan Shinto.
“Awalnya, jabatan (kepala stasiun) ini diberikan agar dia dapat berkeliaran di stasiun,” kata Mitsunobu Kojima, Kepala Kereta Api Listrik Wakayama, seperti dilansir Japan Today, kemarin. Namun kelucuan dan kepolosan sang kucing rupanya membawa berkah besar bagi stasiun dan jalur kereta tersebut.
Sebelum Tama hadir, jalur lokal Kishigawa nyaris bangkrut. Sejak ia berada di stasiun, animo penumpang yang melewati jalur tersebut meningkat pesat. Tak tanggung-tanggung, Kojima mengklaim Tama telah berkontribusi sekitar Rp 2,3 triliun untuk ekonomi lokal selama delapan tahun bertugas.
“Tama-chan benar-benar muncul seperti penyelamat, seorang dewi. Merupakan kehormatan untuk dapat bekerja dengannya,” ujar Kojima, sedih.
Pekan lalu, Tama pun akhirnya harus berpisah selamanya dengan stasiun yang ia cintai. Ia mengembuskan napas terakhir dalam usia 16 tahun karena gagal jantung, atau setara usia 80 tahun umur manusia. Sehari sebelum meninggal, Tama yang dirawat di rumah sakit hewan sempat berusaha bangkit untuk menyapa Kojima. “Ia mengeong seolah memohon untuk dipeluk,” tutur Yoshiko Yamaki, juru bicara perusahaan kereta.
Setelah kepergian Tama, Stasiun Kishi tetap dijaga kucing lain bernama Nitama, yang sekarang menjabat kepala stasiun magang.
JAPAN TODAY | SITA PLANASARI AQUADINI