TEMPO.CO , Jakarta: Nicholas Salvador, 25 tahun, sedang menghadapi sidang di pengadilan kriminal Old Bailey, London, 22 Juni 2015. Ia dituduh membunuh tetangganya, Palmira Silva, seorang nenek berusia 82 tahun. Tapi menurut pengacaranya, Nicholas mengalami ganggguan jiwa saat ia membunuh.
Tersangka harus dilumpuhkan dengan setrum sebanyak enam kali oleh polisi setelah memenggal kepala Palmira pada September tahun lalu. Nichlolas menumpang di rumah temannya di kawasan Edmonton, London, yang terletak hanya beberapa meter dari rumah Palmira, seorang pemilik kafe Italia.
Nicholas memenggal kepala Palmira dengan parang besar. Ia juga membunuh dua kucing. Setelah itu, ia menengadah ke arah helikopter polisi yang melayang di atasnya, lalu berusaha melarikan diri.
Saat ditangkap polisi, ia mengulang-ulang kalimat "Merah adalah warna" dan "Aku adalah raja" . Ia juga menggigit salah satu polisi sebelum akhirnya dilumpuhkan dengan setrum.
Bekas instruktur kebugaran dan belakang kehilangan pekerjaannya sebagai pemasang iklan billboard itu digambarkan sebagai peminum berat dan pecandu ganja. Diperkirakan, Nicholas mengidap penyakit jiwa. “Bukti-bukti menunjukkan dia pikir mereka (korbanya) adalah setan, " ujar Jaksa Jonathan Rees.
Jaksa melanjutkan: "Dia menderita skizofrenia paranoid yang amat berpengaruh pada kemampuan mentalnya. Ia tidak tahu sifat dan kualitas tindakan yang dilakukannya ketika dia membunuh Nyonya Silva.”
Bahkan, jaksa Jonathan menggambarkan: "Pada saat pembunuhan itu dia pikir dia membunuh semacam entitas supranatural seperti Hitler kembali dari kematian." Menurut jaksa, Nicholas mengatakan kepada seorang psikiater: "Saya pikir dia adalah Hitler. Dia benar-benar jahat yang dalam bentuk seorang wanita tua. Dia adalah alien dari luar angkasa. "
MIRROR| TELEGRAPH