TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Sebuah kamp perdagangan manusia yang ditemukan di dekat perbatasan Malaysia dengan Thailand kemungkinan akan dikembangkan menjadi obyek wisata. Menteri Malaysia, Shahidan Kassim, menyatakan lokasi kamp memiliki potensi menjadi daya tarik wisata karena memiliki fasilitas lengkap.
"Ini adalah kamp terbesar di antara 16 tempat dan terletak sekitar 100 meter dari perbatasan," katanya. "Semuanya masih utuh. Ada surau, masjid kayu, rumah untuk imam, pertanian sayuran, dan banyak lagi. Ada juga beberapa tulisan Thai di dalam masjid."
Baca Juga:
Menurut Kassim, menjadikan kamp itu sebagai obyek wisata dapat mencegah para pelaku perdagangan manusia memanfaatkan tempat ini. "Karena akan ada lebih banyak orang yang datang dan pergi," ujar Kassim.
Kassim, yang datang bersama personel General Operations Force (PGA) dan polisi hutan, juga menemukan kaleng bir Thailand dan kartu--menunjukkan sebuah komunitas besar tinggal di sana. "Saya tidak berpikir kamp yang dibangun oleh warga Malaysia, kecuali mereka komunis," tutur mantan Menteri Besar Perlis ini.
Kassim menambahkan, pihaknya juga melihat tiga orang tak dikenal melarikan diri ke perbatasan Thailand saat mendekati kamp itu.
Baca Juga:
Keberadaan kamp ini terungkap saat polisi menemukan kuburan massal pengungsi di Malaysia utara dekat perbatasan dengan Thailand. Menteri Dalam Negeri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi menuturkan kamp perdagangan itu diyakini telah beroperasi selama setidaknya lima tahun dan ditinggalkan ketika aparat keamanan tiba di tempat kejadian.
Menurut Hamidi, para pejabat masih menghitung jumlah mayat di kuburan itu, yang ditemukan di dekat 17 tenda di daerah Padang Besar, Negara Bagian Perlis. "Dengan kerja sama Thailand, kita akan menemukan lebih banyak lagi," kata Hamidi pada wartawan.
Kuburan massal sebelumnya juga ditemukan di Thailand. Polisi Thailand telah melaporkan menemukan kuburan dan kamp-kamp perdagangan manusia di perbatasan dalam beberapa pekan terakhir.
THE STAR | CNN | INDAH P.