TEMPO.CO , Beijing:Aktivitas organisasi sayap pemerintah Cina yang diam-diam melakukan aksi propaganda lewat Internet terbongkar.
Kelompok peretas Cina, Unicorn Nocturne, mengklaim telah menembus sistem komputer organisasi sayap pemerintah tersebut yang dikenal dengan nama Tentara 50 Sen.
Ada sekitar 100 dokumen internal yang didistribusikan lewat Google Drive berhasil diretas. "Tim kami telah membongkar database markas Tentara 50 Sen," demikian pernyataan Unicorn Nocturne di halaman akun Facebooknya pada Rabu, 20 Mei 2015.
Selain dokumen, peretas juga membongkar arahan internal yang bersifat rahasia kepada Tentara 50 Sen. Dokumen yang bocor berisi antara lain daftar nama asli anggota Tentara 50 Sen, nomor mahasiswa, alamat QQ chat, WeChat nomor, rekening microblog, bahkan nomor ponsel mereka.
Kegiatan pasukan propaganda Cina untuk menghalau pernyataan-pernyataan oposisi di media sosial juga melibatkan sejumlah universitas di Cina.
Dokumen lainnya yang diretas adalah pernyataan Presiden Xi Jinping terkait pengaturan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) dan peluncuran Apple skema pertukaran iPhone di Cina.
Menariknya, peretas juga menemukan dokumen propaganda Liga Pemuda yang secara aktif memantau Internet Cina terkait peringatan aksi keras militer terhadap gerakan prodemokrasi mahasiswa tahun 1989 di Lapangan Tiananmen.
Para peretas mengatakan, pemerintah Cina secara aktif merekrut sejumlah besar mahasiswa garis keras untuk ambil bagian dalam program Tentara 50 Sen. "Mereka mencari orang-orang dengan politik garis keras dan ideologi yang benar untuk melakukan propaganda secara online," kata laporan tersebut.
Tentara 50 Sen adalah sebuah organisasi yang dibentuk Partai Komunis Cina untuk melancarkan propaganda secara online untuk membentuk opini publik yang positif terhadap partai. Organisasi tersebut berisi orang-orang muda dan mahasiswa pendukung partai penguasa .
Kelompok tersebut mulai beroperasi sejak tahun 2004. Disebut Tentara 50 Sen karena awalnya mereka dibayar 50 sen per komentar di jejaring sosial.
RADIO FREE ASIA|YON DEMA